6 Des 2011

When the Rain Falls

I love the rain. With all the accompanying phenomena. When rain falls, I feel the presence of a disappeared sence infiltred my chest. Slamorous shout of joy. Whether he meant, anyway. I am also confused. But, one thing I believe, that I love the rain.

When it rains, the sky shows how he can’t stand to hold two contadictory group of clouds. Having two different point of view understanding. Between positive and negative. That’s why lightning is electricity supreme exploded. I think, every element in the universe has two sides. Between positive and negative.
Positive and negative, not only can be translated by a plus and minus sign. But, we can also try tihs one. We have a north and south. West and East. Right and left. Top and bottom. Man and woman. Even, yin and yang. All the elements in the earth is unity between the two elements. Positive and negative. Also that’s why rain happens.

What we see in the earth is not simply looj to what happens, that rain down from the sky. But it is also a great interpretation. Namely, a great water flow that is difficult predicted by human what the advantages it is.  Humans often complain. “why is it raining? I did not bring an umbrella”. Or, “ah, it rains again, surely flood again”. That is humans, are rarely grateful for blessings of Almighty God. Referring to the earlier concept of positive and negative, such complaints is only a negative thing. And, if there is negative, then definitely there will be posititive. Positive things from falling rain, we can see that which gives live. Without rain there would be no life.

Because, no man will ever make enough water to flush the earth. Yes, without rain there would be no living plants because of overheating. Then, there is no food for humans and animals. Finally, life on the earth will be extinct. We should be grateful for the rain.

For me, the rain is not only component of life. But also a miracle. In my childhood, I often wondered. Where did the water come from the sky? Because it is so wonderful. And I assured that it was a miracle. But with increasing my knowledges. I knew that rain was an extraordinary concept of the Almighty Creator. That is, a single unity beteween, sun, sea, air blowing, temperature, even the contours of the area. Knowing these facts, the rain is still magical to me. Just imagine. Sea water is exposed to hot sun will evaporate, and the vapour rising into clouds gathering above. With gusts of wind, the cloud moves. Then there was the changing of vapour into raindrops. Miraculous.

Yes, the rain do hold a lot of admiration. In fact, the past people often make strange things just to ask for rain or deny the coming of rain. Also, a strange thing when arrival of rains associated with mystical things. In fact, we know that rain is a great gift from the Almighty.

In short, I love the rain. With all the accompanying phenomena.

Saat Hujan Turun (terjemah)

Aku suka hujan. Dengan segala fenomena yang menyertainya. Ketika hujan turun, aku merasakan adanya sebuah perasaan gaib menyusupi dadaku. Riuh rendah berteriak kegirangan. Entah pula apa maksudnya. Aku juga bingung. Namun satu hal yang kuyakini. Aku suka hujan.

Ketika hujan, langit menunjukkan betapa tidak kuasanya ia menahan dua kumpulan awan yang saling bertolak belakang. Mempunyai dua sudut pemahaman yang berbeda. Antara positif dan negatif. Karena itulah petir yang beraliran listrik mahatinggi itu meledak. Kurasa, setiap elemen di alam semesta ini mempunyai dua hal itu. Antara positif dan negatif.

Positif dan negatif, tidak hanya bisa diterjemahkan dengan tanda plus dan minus. Tapi, kita juga bisa coba yang satu ini. Kita punya utara dan selatan. Barat dan timur. Kanan dan kiri. Atas dan bawah. Laki-laki dan perempuan. Bahkan, yin dan yang. Semua elemen dibumi merupakan satu kesatuan antara dua unsur itu. Positif dan negatif. Juga itulah mengapa hujan terjadi.

Apa yang kita saksikan dibumi ini tak hanya menilik kepada apa yang terjadi, bahwa hujan turun dari langit. Tetapi juga sebuah pengertian yang hebat. Yaitu, sebuah curahan air mahadaya yang susah diprediksi manusia apa untungnya. Manusia hanya sering mengeluh. “Kenapa hujan? Aku tidak bawa payung”. Atau, “Ah, hujan lagi, pasti banjir lagi”. Itulah, manusia, jarang bersyukur atas nikmat dari tuhan yang Maha Esa ini. Merujuk pada konsep positif dan negatif tadi, keluhan-keluhan semacam itu hanyalah keluhan yang bersifat negatif. Dan, jika ada negatif, maka pasti akan ada positif. Hal positif dari turunnya hujan, bisa kita lihat, bahwa hujanlah yang memberikan kehidupan. Tanpa adanya hujan maka tak ada kehidupan.

Karena, tidak akan pernah manusia membuat air yang cukup banyak untuk bisa menyiram bumi. Ya, tanpa hujan takkan ada tumbuhan yang hidup gara-gara meranggas kepanasan. Lalu, tak ada bahan makanan untuk manusia dan hewan. Akhirnya, punahlah kehidupan di muka bumi. Kita patut bersyukur dengan adanya hujan.

Bagiku, hujan tak sekedar materi pencetus kehidupan. Tetapi juga suatu keajaiban. Dulu, saat masih kecil aku sering bertanya-tanya. Darimana asalnya air yang turun dari langit itu? Karena ajaib sekali ada air yang bisa turun dari atas langit. Dan yakinlah aku, bahwa itu adalah suatu keajaiban. Namun seiring bertambahnya pengetahuanku. Tahulah aku, bahwa hujan merupakan sebuah konsep luar biasa dari sang Maha Pencipta. Yaitu, sebuah satu kesatuan antara, matahari, air laut, udara yang berhembus, suhu, bahkan kontur daerah. Mengetahui fakta-fakta ini, hujan tetaplah ajaib bagiku. Bayangkan saja. Air laut yang terkena panas sinar matahari akan menguap, lalu uap airnya berkumpul diatas membumbung menjadi awan. Dengan hembusan angin, awan itu berpindah. Lalu terjadilah uraian uap air-uap air itu menjadi titik hujan. Ajaib.

Ya, hujan memang menyimpan banyak kekaguman. Bahkan, orang-orang terdahulu sering membuat hal-hal aneh sekedar untuk meminta hujan atau menolak kedatangan hujan. Juga, suatu yang aneh keitka kedatangan hujan dikaitkan dengan hal-hal mistis. Padahal, kita tahu sendiri, bahwa hujan adalah sebuah karunia yang hebat dari sang maha kuasa.

Singkatnya, aku suka hujan. Dengan segala fenomena yang menyertainya.

8 Sep 2011

Happy Ending (part 1)



HAPPY ENDING

Sejatinya, ini adalah catatan akhir sekolah yang kubuat sebagai kado untuk kalian. Maunya, cerita-cerita sendu yang bakal mengurai banyak air mata haru karena kita akan meninggalkan masa-masa sekolah (aminn). Eh, malah jadinya cerita fiksi yang ga bener banget. Haha, maaf ya kawan-kawan. Yuk baca, moga-moga asik.. tolong komentarnya juga ya. . . Terima kasih sebelumnya!!!.

Sabtu, 12 Februari 2011
Suasana sekolah, menyeramkan.Tak ada siswa kelas XII yang berkeliaran. Terutama di Lorong kelas XII. Sepi, bak tanpa penghuni. Aku berdiam diri sendiri disini mengamati keadaan sekolahku. Aku melihat anak-anak kelas X yang menunduk hormat karena ada senioritas dari kelas XI di lapangan tengah. Si Anak kelas XI membentak adik kelasnya itu, lalu memerintah sesuka hati. Payahnya, si Adik tunduk hormat menuruti perintah kakaknya. Hei, mereka cuma sok senior kok. Masih sama-sama ingusan. Mereka sok karena memang ada acara penempuhan Kartu Tanda Anggota ekstra Pers Jurnalistik. Dulu, aku dan kawan-kawanku juga mengalami dua periode itu. Tersiksa dan menyiksa. Haha, lucu jika mengenangnya.
Aku bisa melihat semuanya. Apapun yang dilakukan oleh juniorku. Ada siswa yang melempar, berebut, memantul bola basket di Lorong bangunan. Tertawa, saling bercanda. Riuh ramai. Sangat bertolak belakang dari tempat aku memandang disini. Tak ada orang. Hanya beberapa siswa yang berkeliaran memanfaatkan fasilitas hotspot.
Selain sepi, keadaan sore ini juga terasa mengharu biru. Aku berspekulasi demikian karena dari pagi tadi tidak ada sinar matahari yang terasa membakar kulit. Semuanya kalem, seperti diperintahkan untuk membuat suasana demikian menyedihkan. Apalagi tidak ada kawan-kawan seangkatanku yang rela jaga sekolah seperti adik-adik kelasku itu.
Aku memperhatikan adik kelasku lagi. Anak-anak kecil itu sedang mempersiapkan kelas untuk lomba kebersihan antar kelas. Mereka kompak. Dulu kami juga begitu. Sekarang, tak ada yang perduli. Semua sibuk dengan belajarnya. Well, Aku juga seperti itu. Bel pulang berbunyi, lorong kelas XII sepi. Itu kenyataanya.
Menakutkan. Ketika suatu saat nanti aku mendapati kenyataan bahwa di Lorong yang panjang ini, Aku melihat banyak anak yang berkeliaran. Bukan kami. Tapi anak-anak kecil itu, pengganti kami. Bukannya aku ingin terus berseragam abu-abu, Tapi aku sulit melepaskan aturan-aturan yang sudah terlanjur melekat di kebudayaan hidupku selama empat belas tahun terakhir. Ya, itu adalah saat dimana Aku berada di bangku sekolah.
Kebudayaan ini serasa kewajiban dari sebuah peta kehidupan. Susah untuk meninggalkan sesuatu yang sudah ada selama sepertujuh abad. Aku mengingat semuanya, sejarah kebudayaan ini diawali dengan masuknya aku ke sebuah Sekolah. Bukan sekolah sebenarnya, karena namanya adalah Taman Kanak-Kanak.  Disini aku mulai mengenal huruf, angka, warna, nada dan rupa. Lalu SD, SMP, dan SMA ini aku mengenal kedisiplinan, keteguhan, kejujuran, kebohongan, kebaikan, kejelekan dan berbagai makna yang menyejukkan hati. Hahaha.
Aku menegakkan punggung lalu menghirup nafas dalam-dalam. Hujan akan segera turun. Angin bertiup sangat keras. Burung-burung berkicauan. Daun kering pohon kelengkeng terbang tertiup angin jatuh ke teras kelas. Indah. Aku memutuskan untuk pulang ke Rumah.

* * *
Senin, 11 April 2011
“Lari lari lari,” teriak bapak ibu guru tatib. Mereka adalah guru-guru penghukum siswa yang terlambat. Selalu siap sedia di lobi depan sebelum bel berbunyi. Tegap, sigap dan membuat siswa megap-megap kehabisan nafas.
“Lari..,” Pak Dahlan berteriak menyuruh kami, golongan orang-orang yang terlambat untuk segera berlari. Lalu meniup peluit dengan keras untuk menghalau siswa-siswa yang terlambat. Aku termasuk didalamnya.
Ada banyak bapak ibu guru tatib. Diantaranya, Bu Nurlaili, Bu Hindun, Pak Dahlan, dan emm aku tak terlalu melihat karena depresi berat. Harus berlari, itu syarat supaya tidak terlambat pada jam-jam seperti ini.
 Ku ikat tali sepatu kuat-kuat. Betulkan letak tas dan kerudungku. Tarik nafas dalam-dalam. Kerahkan segenap kekuatan yang ada lalu lari dengan penuh tenaga. Kurasa Aku sudah bisa mengalahkan kecepatan lari seekor cheetah, hewan tercepat di Dunia. Aku menerobos barisan barikade bapak-ibu guru tatib, lalu masuk gerbang. Lolos, yeah.
Aku berjalan menuju ruang kelasku. Tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Kelasku tepat berada di tengah-tengah lorong. Aku melewati banyak ruangan kelas sebelum mencapai kelasku. Aku masih tetap berlari jika tidak melihat banyak anak berkeliaran, ini sudah masuk apa belum sih. Aku sudah negative thinking. Karena aku berfikir bahwa ini belum bel. Feeling-ku ternyata benar karena beberapa detik kemudian…
TEET.TEET.TEET.
“Wealahhh,” Tepat saat aku berada didepan ruang guru, bel berbunyi. Sudah ngos-ngosan begini ternyata baru bel. Menyebalkan, memang. Tapi apa boleh buat, yang sabar aja yah!. Makanya kalau berangkat pagian, batinku. Aku tersenyum sendiri.
* * *
Lantunan ayat suci Al-Qur’an beralun keseluruh penjuru sudut sekolah. Hemm, ini yang sulit ditemui diluaran sana. Aku menuju kursiku, lalu ikut melantunkan ayat suci Al-Qur’an bersama dengan teman-temanku kelas XII-IPA 2. Sudah dua tahun ini kami berada di kelas ini. Mereka bukan teman yang baik. Lihat, sudah waktunya membaca Al-Qur’an begini malah membuka bungkusan nasi. Ha ha. Mereka teman yang lebih dari baik kok. Gawat darurat abis. Makanya, nama kelas kami IGD. Singkatan dari Ipa Gang Dua. Ciptaannya Bang Jack, salah satu penduduknya IGD juga.
* * *
“Assalammu’alaikumm…,” Bu Diah, guru biologi kami, sekaligus wali kelas kami memberi salam mengawali pelajaran.
“Wa’alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh.. Bismillahirrohmanirrohiim” Sahut kami, ini juga kebiasaan di sekolah kami, membaca basmallah sebelum mengawali pelajaran.
 “Ada PR nak?” Tanya Bu Diah.
“Tidak ada Bu…,” Jawab kami berbarengan. Eh, itu tadi jawaban bohong yang sudah kami rancang sepulang dari solat dhuhur tadi lo!. Karena teman-teman tadi memang ngaku belum mengerjakan PR . Kejadian ini tak akan bertahan lama karena ada beberapa siswa yang mempunyai tingkat kejujuran yang tinggi akan mengatakan yang sebenarnya.
“Ada Bu… .,” Teriak Harys jujur. Ini anak pasti sudah mengerjakan PR.
“Oh iya.. ada yang kemarin itu lo nak.. Yang belum mengerjakan siapa?” Tanya bu
Diah.
Kami yang belum mengerjakan dengan semangat mengacungkan tangan. Separuh dari siswa kelasku mengangkat tangan. Lhoh, kok cuma sedikit, katanya tadi pada belum ngerjain. Ah curang nih anak-anak. Tenang, ini tidak akan bertahan lama kok. Biasanya kalau seperti ini PR tidak akan dinilai karena akan dibahas bersama.
“Ya sudah..,” Kata Bu Diah. Ya Allah tolong kabulkan doa kami. PR tidak dinilai. Amin.
“Yang belum mengerjakan PR silahkan keluar dari kelas dan mengerjakan PR di Perpustakaan ditambah merangkum reaksi gelap dan terang fotosintesis,” Lanjut Bu Diah. What!!??. Ah, dugaanku salah nih.
“Tapi Bu..,” Kata Aisyah, orang yang paling suka protes.
“Tidak ada tapi-tapian. silahkan, keluar kelas,” terang bu Diah.
Aku dan separuh orang temanku pergi meninggalkan kelas dengan membawa buku dan alat tulis.
* * *
Aku mencari referensi untuk tugasku. Aku mencari buku yang tebalnya lebih dari lima senti. Judulnya, aku lupa. Kembel, Kembul, Kambel. Ah, pokoknya itu yang warna hijau. Setelah menemukan buku itu, aku segera mengerjakan tugas bersama kawan-kawan sependeritaanku. Orang-orang yang menghindari tanggung jawab. Dasar pemalas, pikirku. Kalian ini mau jadi apa? Diberi tugas sedikit saja tidak dikerjakan. Bagaimana kalian bisa menghadapi tantangan global? Kalau sudah jadi orang nanti, apa yang kalian lakukan untuk masyarakat ha?. Apa malah korupsi?. Negara kita tidak akan bisa maju jika pemudanya seperti kalian ini. PR saja tidak dikerjakan. Lain kali dikerjakan ya PR-nya. Aku tersenyum. Dasar sok menggurui. Aku tak ada bedanya dengan anak-anak ini. Haha.
Ada sekitar dua puluh kantung beras tergantung di mataku (Kok beras sih?). Aduh, ngantuk. Padahal aku masih dapat lima baris.
“Pada fotofosforilasi non siklis dihasilkan…… uwahmm”, Kataku terbata-bata. Lalu diam.
“Dil, ngantuk ya? Jalan-jalan yuk”. Suara Nafia mengagetkanku. Dia berdiri disamping mejaku dengan berkacak pinggang, kakinya dibuka lebar, lalu kerudungnya berkibar. Kayak superman aja, haha.
“Kemana? tugasku belum selesai nih” Jawabku.
“Santai aja ah, Ikut nggak? Banyak kok yang ikut, ada Aisyah, Defrizal, Idhoh, Yuslisul, Aku, Rosyi, kau ikut?”, tanyanya meyakinkanku.
Aku diam.
Yuslisul langsung menarik tanganku begitu saja keluar dari Perpustakaan. Tanpa memakai sepatu, aku dan teman-temanku berkeliling sekolah, mengendap-endap. Kami mendatangi gudang yang tidak terpakai dibelakang laboratoriumnya pak Mujarno.
Pintu masuknya sudah reyot, tidak ada pintu, Cuma kelambu, sangat kotor. Ada banyak baju yang berserakan, juga kotor. Ada lemari, meja, kursi, dipan, semuanya kotor dan dipenuhi sarang laba-laba.
TOK.TOK.TOK. KROAAAKK.
Ada suara yang mengagetkanku yang berasal dari…… emm aku tidak tahu. Aku berkeliling mencari asal suara itu. Aku membayangkan ada sebuah peti yang isinya adalah Dementor. Berterbangan, tidak mempunyai wajah, menghisap semua kebahagiaan, semua menjadi membeku lalu kebahagiaan itu hilang. Helloo, itu tidak mungkin terjadi, dementor itu kan cuma hidup di dunianya Harry Potter. Aku melamun lagi. Apakah ini Mummi seperti yang ada di Mesir? Yang tiba-tiba hidup lagi lalu mencekik kami semua yang ada disini. Ah, tidak mungkin juga.
Aku melihat keseluruh ruangan. Dan, ahaa itu dia asal suaranya. Sebuah peti sebesar meja kerjanya tuan krab. Aku bergidik.
“Yus..”, teriakku memanggil Yuslisul.
“Nyapo??” tanyanya.
Aku menunjuk kearah peti. Yuslisul memanggil kawan yang lain untuk melihat peti. Tidak bisa dibuka. Akhirnya, Aisyah dan Idhoh mengambil kayu yang berserakan untuk membuka peti itu dengan metode tuas. Berhasil. Peti itu terbuka. Lalu, keluar dari dalamnya laba-laba yang sangat besar, mirip dengan Aragog, laba-laba di filmnya Harry potter.
“Aaaarrggghhhhhh……,” Rosyi berteriak hebat. Dia itu mengidap Spiderophobia. Rosyi pingsan melihat laba-laba itu. Kami mengangkat Rosyi.
Aku tidak heran dengan ekspresi Rosyi. Dulu, saat kelas satu Aku pernah menakut-nakutinya dengan laba-laba. Aku memang sedikit jahil. Akibatnya, dia menangis hebat dan marah. Sudah tiga tahun berlalu pun dia masih ingat.
Kami berlari keluar dari gudang itu. Kami bersembunyi di laboratorium kimia yang sedang terbuka. Kami masuk kedalamnya. Bu Dewi sedang menunjukkan proses eksoterm dari magnesium jika dicampur dengan asam klorida. Bu Dewi ikut kaget melihat kami berlari dengan wajah merah padam ditambah dengan Rosyi yang sedang pingsan.
“Idhoh ketinggalan di Gudang,” Kata Aisyah bernafas dengan terengah-engah lalu merebut kursi dari anak kelas XI yang sedang praktek kimia.
“Apa, aduh, bagaimana ini, ka kalau dimakan laba-laba itu bagaimana atau air liurnya mengandung HCl yang langsung membakar tubuh Idhoh bagaimana?,” Defrizal ketakutan.
“Huss ojo ngono to!”, kata Yuslisul menenangkan. “Naf, ayo marani Idhoh,” Lanjutnya. Yuslisul suka memakai bahasa Embah-nya.
Nafia yang biasanya sangat penakut, hari ini terlalu pemberani. Dia tidak terlihat takut. Dia langsung mengangguk lalu bergegas keluar bersama Yuslisul.
“Jangan….,” teriakku. Lalu kuhentikan teriakanku karena tidak ada gunanya. Mereka sudah keluar.
Tinggal kami berempat yang berdiam diri. Bu Dewi masih kebingungan melihat kami. Kami yang diajak bicara pun hanya menunjukkan wajah shock yang tidak bisa diajak bicara. Pikiran kami sama. Laba-laba setinggi tiga kaki. Mata fasetnya melihat kami dengan tatapan yang menusuk seperti hidangan yang tinggal santap. Kakinya berbulu sangat banyak. Di bulu-bulunya itu berdiam belatung berwarna hitam yang gemuk-gemuk. Pantas saja Rosyi langsung pingsan.
“Uhhuuk..” Rosyi terbatuk sadar. Aku membantunya duduk. Lalu menyuruhnya untuk tetap di Laboratorium.
Defrizal mengajak Aisyah, dan Aku menyusul Nafia dan Yuslisul ke Gudang. Sepertinya, dia ikut khawatir
Jarak antara laboratorium dan gudang itu tidak terlalu jauh. Kami hanya butuh beberapa detik untuk menacapai gudang. Disepanjang jalan kami terus berdoa untuk keselamatan ketiga teman kami.
“Bismillahirrohmanirrohiim..” Kata Aisyah memasuki gudang.
“Mana Laba-laba itu?” Tanya Defrizal.
Tiba-tiba ada suara yang mengagetkan bergerak dari belakang lemari besar yang ada di ujung gudang. Suara itu semakin keras. Lalu ada suara langkah kaki bergerak menuju arah kami. Aku bergerak mundur. Suara itu semakin mendekat, sekitar ada delapan orang yang melangkah.
“Ada apa kalian kemari?” Suara seorang perempuan. Semakin lama semakin mendekat lalu terlihatlah wajahnya.
* * *
Itu Intan. Teman kami juga. Dibelakangnya ada banyak orang lagi. Lebih banyak dari rombongan kami tadi. Dugaanku sedikit meleset. Ada sembilan orang disini.
“Ternyata kalian? kalian juga ikut? Tadi kenapa tidak mau?” Aisyah bertanya kepada segerombolan kawan didepan kami.
“Apa? ulangin lagi dong. Pede banget lo! Siapa juga yang mau ikutin kalian, harusnya gue yang nanya, kenapa kalian disini. Hanya kami bersembilan yang boleh datang kemari. Apa kalian yang sudah membebaskan peliharaan kami itu?” Sanggah Rahmat.
“Hei, ada apa ini?”, Tanya Defrizal dengan logat jawa yang kental.
“Kau juga ikut Deffy? pergi noh sama nyokap lo jadi sinden ha ha ha!”, teriak Rina lalu terbahak.
Mereka semua yang ada disini adalah teman-temanku yang juga belum mengerjakan PR. Tadi semuanya ada di Perpustakaan. Cepat sekali mereka sampai disini.
“Kalian yang melepaskan Violette? Kurang ajar, dasar tidak tahu diri,” tambah Icha, dia juga ikut rombongan sembilan orang itu.
“Apa-apaan ini?, Desinta!!” teriak Aisyah lalu membentak Desinta, sahabat karibnya. Desinta hanya memicingkan mata, mengejek Aisyah.
“Ah, kenapa kau berteriak begitu ‘is, ini kan aku temanmu. Kenapa kau membentakku seperti itu? AKU BUKAN KACUNGMU,” Balas Desinta dengan tinggi nada yang kukira itu sopran.
“Maaf, Violette itu siapa ya?” tanyaku memecah emosi teman-teman.
“Kau tanya siapa Violette, La?” sambut Intan. Lalu berputar kebelakang dengan bertumpu pada kaki kirinya. Dia menjetikkan tangan, isyarat untuk Yuni -asisten paling setianya- supaya menerangkan siapa Violette.
“Violette itu laba-laba peliharaan kami, yang sudah kalian lepaskan tadi. Awalnya dia laba-laba biasa, tapi dengan percobaan Sembilan orang kami disini, yaitu, Intan, Rina, Icha, Daman, Duandy, Desinta, Rahmat, Zulmi, dan Aku, dia berubah menjadi laba-laba yang besar dan menyeramkan”, terang Yuni.
“Kenapa kalian membuat percobaan ini? Apa untungnya bagi kalian? Kenapa kalian berubah jadi jahat kepada kami? Mungkin kami bisa bantu?”, Aku mengintrogasi teman-temanku itu.
Yuni melirik kepada delapan orang dibelakangnya itu. Desinta terlihat menggelengkan kepala.
“Untuk semua pertanyaan yang kau ajukan tadi, aku menjawab tidak. Hanya kami Ninewonders yang mengerti masalah ini”, lalu Yuni dan Ninewonders itu pergi masuk lagi kearah mereka muncul tadi.
Ninewonders? Apa-apaan ini? Memangnya ini film kartun?
“HEI DIMANA MEREKA BERTIGA?” teriak Defrizal menghambat langkah kaki Ninewonders.
“Itu kesalahan mereka karena masuk kedalam laboratorium kami tanpa izin”, jawab Rahmat.
Defrizal terduduk lemas ditanah melihat kenyataan yang demikian ini. Tiga orang temannya ditawan oleh Ninewonders yang notabene juga teman-temannya satu kelas.
***
Aku duduk bersandar tiang didepan laboratoriumnya pak Mujarno.
“Lalu, apa yang bisa kita lakukan teman-teman?” Tanya Aisyah.
“Jadi detektif saja..”, kataku.
“Maksudmu?”
“Ya, kita akan menyelidiki dimana Ninewonders itu menyembunyikan Nafia, Yuslisul dan Idhoh lalu kita juga menyelidiki mengapa mereka membuat Violette. Mereka pasti punya tujuan khusus mengapa menciptakan makhluk seperti itu.”
“Kita cuma bertiga, mereka bersembilan. Apa kita bisa?”
“Kita ber-dua puluh delapan.”
“....”
“Ya, kita bertiga ditambah teman-teman yang ada dikelas dua puluh empat orang dan juga Rosyi”.
“Benar juga, tapi bagaimana bisa kita memanggil mereka? Sekarang ini kan waktunya kita untuk mengerjakan tugas gara-gara tidak mengerjakan PR”.
“Kalau begitu, kita tidur saja dulu sampai pulang sekolah”, aku menyandarkan kepalaku ketembok lalu memejamkan mata.
Walaupun begitu, aku tidak tidur. Mana mungkin disaat-saat seperti ini aku tidur. Aku berfikir tentang masalah temanku yang diculik oleh temanku. Bagaimana cara menemukan mereka ya?
“La?”, Aisyah memanggilku. “Kau sudah tidur?”, Aku diam saja, lalu mengangguk.
“Hei, mana mungkin orang tidur bisa denger bisa ngangguk?”
“Huahahaha...aku tak bisa tidur. Kita buat strategi saja deh, kalian punya ide?”
Aisyah dan Defrizal terlihat serius berfikir. Aisyah memejamkan mata sambil mendongak kelangit dan menggigit jarinya. Lalu Defrizal mencubiti pipinya, lalu sekali-kali menengok kekiri dan kekanan. Cukup lama mereka ada dalam posisi itu. Pose-nya pun berubah-ubah. Ketika Aisyah menjulurkan lidahnya, maka Defrizal menjungkirkan kepalanya. Hingga pada suatu saat mereka menjentikkan tangan bersama-sama. Sepertinya mereka sudah menemukan strategi itu.
“Aku dulu yang bicara”, kata Aisyah.
“Aku dulu”, Defrizal tak mau kalah
“Aku dulu”
“Aku dulu”
“Aku dulu”
......
Mereka berdua saling ngotot untuk menunjukkan ide masing-masing. Defrizal dengan bola mata yang membesar dan memoncongkan mulut sambil memasang kuda-kuda untuk melawan Aisyah. Aisyah sendiri tak mau kalah, dia mengeluarkan jurus seribu bayangan-nya lalu mengeluarkan Rasengan.
Mereka berdua beradu dan berteriak, lalu saling melemparkan jurus.
“Aaaarrrrgggghhh”, teriakku.
“Batu, kertas, gunting” kata mereka berdua serempak. Sambil memajukan tangan untuk diadu dengan lawan.
“Ah, sama, Batu Kertas Gunting... Batu Kertas Gunting....”
Ngomong-ngomong masalah jurus yang dilemparkan tadi, mereka melemparkannya kepadaku yang tidak siap apapun. Sepertinya, aku tadi dalam posisi yang tepat untuk disiksa macam ini. Aku berjalan tertatih-tatih.
“La, kau tidak apa-apa?”
“Tidak apa-apa bagaimana? Lihat kakiku, tanganku, kerudungku, bajuku, wajahku, sepatuku hilang”
“Ah, Cuma gosong begitu saja kan? Memangnya kau tadi kesini pakai sepatu?”
“Tidak sih, tapi mana bisa kalian memperlakukanku seperti ini? Tanggung jawab!!!”
“Alaaahhh... kita selamatkan tiga teman kita saja dululah”
“Eerrrrrggg”
***
“Apa rencanamu?”
“Kita pakai umpan, jadi kita menyuruh satu orang teman kita yang ada dikelas untuk masuk ke gudang itu, nanti kita akan melihat kemana dia akan dibawa pergi. Seharusnya, tempat diamana dia disekap adalah tempat yang sama dengan ketiga teman kita yang terdahulu disekap bukan?” Defrizal menerangkan.
“Ya, kau benar, lalu, kita tentukan siapa orangnya.”
“Aku tahu siapa orang yang tepat untuk misi ini, bagaiamana, kalau Harys saja? Sekalian kita kerjain dia, kan gara-gara dia kita dikeluarkan dari kelas tadi?” kata Defrizal.
“Terserah kau sajalah, tapi jangan sampai dia merusak rencana kita”
“Beres”
“Eh, teman-teman, mau kemana? Titip siomay dong!!”

***

Waktu untuk melaksanakan rencana telah tiba, bel pulang sekolah sudah berkumandang. Harys segera kami panggil untuk misi ini. Tak lupa kami berbicara didepan kelas untuk mengajak teman-teman yang lainya untuk ikut berpartisipasi dalam masalah ini.
“Tadi Bu Diah nyari kita-kita nggak?”
“Ya jelaslah, udah waktunya pulang gitu kalian belum pada nyelesaiin tugas. Kemana aja sih?” Tanya Mbah Puji.
“Panjang ceritanya. Eh, kita ada misi nih, ikut ya?” Kataku.
“Baiklah, tapi tugasmu?”
“Bagus, misimu adalah... tolong kerjakan tugas biologi kami ya? Plisss.... ada suatu hal yang harus kami lakukan dan ini menyangkut tiga buah nyawa, tolong kerjakan tugas kami ya...” Pintaku pada Mbah Puji memelas.
“16 orang?? Kalian tadi 16 orang yang keluar, jadi aku mengerjakan 16 tugas? Yang benar saja?”
“Benar” Ika memotong pembicaraan kami. “Mari kita siapkan 16 orang untuk membantu menyelesaikan tugas teman-teman.”
“Wah... kau baik sekali.. Terima kasih ya” Ucapku dengan mata yang berbinar-binar.
“Tak masalah, aku sudah membicarakan masalah ini dengan Aisyah barusan. Tiga orang IGD adalah yang terpenting saat ini. Ditambah sembilan orang yang kalian harus kembalikan jiwanya, supaya kita tetap satu jiwa”, kata Ika.
“Mari kita siapkan enam belas orang itu”, kata Mbah Puji.
Rosyi yang ketakutan dengan laba-laba tadi, menawarkan diri untuk ikut membantu menyelesaikan tugas dari bu Diah. Kukira dia tidak akan membantu, tentu saja dia akan mengerjakan tugas miliknya sendiri, sedangkan tugas kami yang lain diambil alih oleh kawan-kawan yang lain.
Ke-15 orang yang ikut menyelesaikan tugas biologi itu adalah, Ika, Puji, Roja, Reni, Bibah, Alfin, Irun, Ifa, Danis, Asruria, Dewi, Fatih, Fifi, Tika,dan Zen. Mereka menawarkan diri mereka sendiri untuk ikut menyelesaikan tugas.

------------------------------bersambung------------------------------------------------------------------


















27 Feb 2011

Trio Mukhlisin

Abdullah bin ‘Umar r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Terjadi pada masa dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam didalam sebuah gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang didalam gua itu, jatuh sebuah batu besar dari atas bukit dan menutupi pintu gua itu, hingga mereka tidak dapat  keluar. Maka berkatalah mereka: Sungguh tiada yang dapat menyelamatkan kami dari bahaya ini, kecuali jika tawassul kepada Allah dengan amal-amal shalih yang pernah kamu lakukan dahulu kala. Maka berkata seorang dari mereka: Ya Allah dahulu saya mempunyai ayah dan ibu, dan saya tidak biasa memberikan minuman susu pada seorangpun sebelum keduanya (ayah-ibu), baik pada keluarga atau hamba sahaya, maka pada suatu hari agak kejauhan bagiku menggembala ternak, hingga tidak kembali pada keduanya, kecuali sesudah malam ayah dan bundaku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya, dan sayapun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapa pun sebelum ayah bunda itu. Maka saya tunggu keduanya itu hingga terbit fajar, maka bangunlah keduanya lalu minum dari susu yang saya perahkan itu. Padahal semalam itu juga anak-anakku sedang menangis minta susu itu, dari dekat kakiku. Ya Allah jika saya berbuat benar-benar karena mengharapkan keridlaanMu, maka lapangkanlah keadaan kami ini. Maka menyisih sedikit batu itu, hanya saja mereka belum dapat keluar dari padanya.

Berdo’a yang kedua: Ya Allah dahulu saya pernah terikat cinta kasih pada anak gadis pamanku, maka karena sangat cinta kasihku, saya selalu merayu dan ingin berzina kepadanya, tetapi ia selalu menolak hingga terjadi pada suatu saat ia menderita kelaparan dan minta bantuan kepadaku, maka saya berikan padanya uang seratus duapuluh dinar, tetapi dengan janji bahwa ia akan menyerahkan dirinya kepadaku malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada diantara dua kakinya, tiba-tiba ia berkata: Takutlah kepada Allah dan jangan kau pecahkan tutup kecuali dengan halal. Maka saya segera bangun daripadanya padahal saya masih tetap menginginkanya, dan saya tinggalkan dinar mas yang telah saya berikan kepadanya itu. Ya Allah bila saya berbuat itu semata-mata karena mengharap ridhoMu, maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini. Maka bergeraklah batu itu menyisih sedikit, tetapi mereka belum juga dapat keluar daripadanya.
Berdo’a yang ketiga: Ya Allah saya dahulu sebagai majikan, mempunyai banyak buruh pegawai, dan pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu, segera dia meninggalkan upah dan terus pulang kerumahnya tidak kembali. Maka saya pergunakan upah itu hingga bertambah dan berbuah hingga merupakan kekayaan. Kemudian setelah lama datanglah buruh itu berkata: Hai Abdullah berilah kepadaku upahku dahulu itu? Jawabku: Semua kekayaan yang ada didepanmu itu daripada upahmu yang berupa unta, lembu dan kambing serta budak penggembalanya itu.
Berkata orang itu: Hai Abdullah kau jangan mengejek kepadaku. Jawabku: Aku tidak mengejek kepadamu. Maka diambilnya semua yang saya sebut itu dan tidak meninggalkan satupun daripadanya. Ya Allah jika saya berbuat itu demi keridhaanMu , maka hindarkan kami dari kesempatan ini. Tiba-tiba menyisihlah batu itu hingga keluar mereka dengan selamat. (Buchary, Muslim)  Dikutip dari: “Tarjamah Riadhus Shalihin” karangan Salim Bahreisy

16 Feb 2011

Becoming “Adigang Adigung Adiguna” Person


Judulnya aku keren deh ah!! haha, piss tantee ini mikirnya ada 24 jam ga tidur dua hari tiga malem non stop loo (doohh, keliatan banget boongnya ya!)

Kenapa pakai judul itu? Karena “Adigang Adigung Adiguna” adalah peribahasa yang sangat terkenal menurut pandangan saya. Alasannya? Sering banget muncul waktu saya ulangan pas SD dulu. Hei, itu terkenal lo dikalangan kelas saya. Heran juga, siapa sih yang nyiptain, kalau ketemu saya mau kasih beliaunya tepuk tangan yang luar biasa heboh. Menciptakan suatu peribahasa yang mempunyai makna yang sangat dalam dengan diksi yang sangat indah didengar mata. Dengan Triple-A diawal tetapi sajak yang berbeda dibelakang. Keren. Tunggu, tunggu, adakah yang belum tahu artinya? Kok bisa? Memang sih ini peribahasa Jawa. Baiklah, saya nyerah ternyata ada yang belum tahu artinya. Artinya adalah ”Wong sing ngandelake kekuwatan, kaluhuran lan kapinterane”.

Menjadi seseorang yang mampu menjadi “Adigang Adigung Adiguna” bukanlah persoalan yang mudah. Jika ada orang yang punya Adigang, dia tak punya Adigung dan Adiguna. Jika punya Adiguna, dia tak punya Adigung atau Adigang. Begitu seterusnya. Memang sulit menjadi seseorang yang sempurna. Selalu saja ada banyak tempaan. Manusia masih mempunyai “Ghorizah” yang memang diciptakan Allah untuk menguji mana hambanya yang beriman. Apa salahnya kita mencoba? Ya kan. Adigang Adigung Adiguna adalah perwujudan dari keimanan, ketakwaan, dan kepatuhan terhadap apa yang telah diajarkan agama selama ini.

Adigang, mewujudkan kekuatan seorang yang mempunyai kekuasaan. Kekuasaan yang menjadikannya terhormat dan dihormati. Kemauan apa yang diinginkannya akan selalu terpenuhi karena kekuasaan yang dimilikinya. Kekuatan yang disalahpahamkan akan menjadikan dirinya seorang yang angkuh dan bengis. Menindas orang kecil dan lemah. Berbuat apapun sekehendak hatinya tanpa merasa bersalah dan berdosa. Merasa hidupnya ada di awang-awang. Luas dan tanpa batas. Menabrak, mengobrak-abrik tatanan kehidupan yang tertib. Akibatnya, hancur orang itu.

Karena itulah, dibutuhkan Adigung untuk orang tersebut. Sebagai buffer yang menjadi dapar supaya tidak berbuat seenak hati. Adigung adalah perwujudan sifat baik. Apik. Jika orang tersebut mempunyai kekuasaan, kekuatan tapi juga diimbangi dengan sifat yang siip dia benar-benar akan menjadi orang yang dihormati sepanjang masa. Karena dia berkuasa, sifatnya juga luhur, menyayangi yang lemah, takwa, taat pada agama, keren banget lah. Eits, orang kalau terlalu baik juga ga bagus lo!!. Ada orang datang memelas-melas minta bantuan, ga kira-kira dianya minta seluruh harta dan kekuasaan buat dia. Gara-gara dia terlalu baik, semua bakal dikasiin juga tuh. Kaya Indonesia nih, dibohongin orang luar negeri mau aja, terlalu baik Indonesia mah.

Nah, butuhlah sifat yang terakhir, yaitu, Adiguna yaitu orang yang pintar. Biar nggak gampang dibohongin orang. Kalau ini salah, tahu yang bener yang mana. Saya pernah denger dari pak Mario Teguh, katanya gini, “kalau orang yang mempunyai ilmu yang banyak, maka dia akan mengetahui banyak kesalahan sehingga dia tidak akan menjalankan kesalahan itu, dia justru akan berbuat yang terbaik”. Tuh, kalau jadi orang berilmu asyik. Ayo cari ilmu, biar pinter. Ada persyaratanya: orang yang pintar tapi tidak punya kebaikan, dia justru akan menyombongkan ilmu yang dimilikinya. Percuma kalau berilmu tapi Cuma untuk bangga-banggaan, mala tidak akan barokah. Ada lagi kalau orang pintar tidak punya kekuasaan, dia juga tidak bisa mengubah dunia untuk menjadi lebih baik. Makanya, dia juga butuh Adigang dan Adiguna.

Akhir, Kita harus punya ketiganya untuk menjadi pribadi yang TOP. Ada banyak filsafat jawa yang akan menuntun kehidupan kita menjadi lebih baik. Adigang Adigung Adiguna hanyalah sebagian kecil dari itu semua. Ada yang mau mencoba menjadi Adigang Adigung Adiguna?? Kita harus lo! Sebagai seorang remaja kita wajib mempunyai Adigang Adigung Adiguna untuk mengubah dunia. Karena apa?? Karena I WANT TO CHANGE THE WORLD. Seperti lagunya soundtracknya Inuyasha. (Aldila)

16 Jan 2011

Nabi Zakaria a.s

Masa yang dialami oleh Nabi Zakaria adalah masa yang aneh di mana banyak hal yang berlawanan yang berhadap-hadapan dan saling bertentangan serta terlibat pertarungan yang tidak pernah padam. Keimanan kepada Allah SWT bercahaya di mesjid yang besar di Baitul Maqdis, sedangkan kebohongan memenuhi pasar-pasar Yahudi yang bersebelahan dengan mesjid itu. Sudah menjadi tradisi dunia bahwa segala sesuatu yang bertentangan mesti saling berhadapan pada: kebaikan dengan kejahatan, cahaya dengan kegelapan, kebenaran dengan kebohongan, para nabi dengan para pembangkang.


Alhasil, segala sesuatu berhadapan untuk mempertahankan kehidupan. Di masa yang kuno ini terdapat seorang nabi dan seorang alim yang besar. Nabi yang dimaksud adalah Zakaria sedangkan seorang alim besar yang Allah SWT memilihnya untuk salat di tengah-tengah manusia adalah Imran. Imran adalah seorang suami dan istrinya sangat berharap untuk melahirkan anak. Waktu pagi menyelimuti kota, keluarlah istri Imran untuk memberikan makan kepada burung dan ia melihat pamandangan yang ada di sekitarnya dan mulai merenungkannya. Di sana terdapat seekor burung yang memberi makan anaknya dengan cara menyuapinya dan memberinya minum. Burung itu melindungi anaknya di bawah sayapnya karena khawatir dari kedinginan. Ketika melihat pemandangan itu, istri Imran berharap agar Allah SWT memberinya anak. Ia mengangkat tangannya dan mulai berdoa agar Allah SWT menganugerahinya seorang anak lelaki. Allah SWT mengabulkan doanya dan pada suatu hari ia merasa bahwa ia sedang hamil lalu kegembiraan menyelimutinya dan ia bersMikur kepada Allah SWT:

"(Ingatlah) ketika istri Imran berkata: 'Ya Tuhanhu, sesungguhnya aku telah menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi anak yang saleh dan berkhidmat (di Baitil Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'" (QS. Ali 'Imran: 35)

Ia bernazar agar anaknya menjadi seorang pembantu di mesjid sepanjang hidupnya yang mengabdi kepada Allah SWT dan mengabdi kepada rumah-Nya, yaitu masjid. Lalu tibalah hari kelahiran. Istri Imran melahirkan seorang anak perempuan. Istri itu merasa terkejut karena ia menginginkan seorang anak lelaki yang dapat mengabdi untuk mesjid dan beribadah di dalamnya. Ketika ia melihat bahwa anaknya seorang perempuan, maka ia tetap menjalankan nazarnya, meskipun anak lelaki bukan seperti anak perempuan:

"Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya ahu telah menamai dia Maryam." (QS. Ali Imran: 36)

Allah SWT mendengar doa istri Imran; Allah SWT mendengar apa yang kita ucapkan dan apa yang kita bisikkan dalam diri kita, bahkan apa yang kita inginkan untuk kita ucapkan dan kita tidak melakukannya. Semua itu diketahui oleh Allah SWT. Allah SWT mendengar bahwa istri Imran memberitahu-Nya bahwa ia melahirkan anak perempuan dan Allah SWT lebih mengetahui tentang anak yang dilahirkannya. Allah SWT-lah yang memilihkan jenis kelamin anak yang lahir di mana Dia menciptakan anak laki-laki atau perempuan. Allah SWT mendengar bahwa istri Imran berdoa kepada-Nya agar Dia menjaga anak perempuan ini yang dinamakan Maryam dan juga menjaga keturunannya dari setan yang terkutuk:

"Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk. maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya." (QS. Ali 'Imran: 36- 37)

Allah SWT mengkabulakn doa istri Imran dan ibu Maryam. Allah SWT menyambut Maryam dengan penyambutan yang baik dan memberinya keturunan yang baik. Allah SWT berkehendak melalui rahmat-Nya untuk menjadikan perempuan ini sebagai wanita terbaik di muka bumi dan menjadikan ibu dari seorang nabi yang kelahirannya merupakan mukjizat terbesar seperti kelahiran Nabi Adam. Nabi Adam lahir tanpa seorang ayah atau ibu, sedangkan Nabi Isa lahir tanpa seorang ayah. Nabi Isa berasal dari ibu yang suci yang belum menikah, yang belum disentuh oleh manusia.

Mula-mula kelahiran Maryam mendatangkan sedikit problem. Imran telah mati sebelum kelahiran Maryam dan para ulama di zaman itu dan para pembesar ingin mendidik Maryam. Setiap orang berlomba-lomba untuk mendapatkan kemuliaan ini, yaitu mendidik seorang perempuan dari seorang lelaki besar vang mereka hormati. Zakaria berkata: "Biarkan aku yang mengasuhnya karena ia adalah kerabat dekatku. Istriku adalah bibinya dan aku adalah seorang Nabi dari umat ini. Aku lebih utama daripada kalian untuk mengasuhnya." Lalu para ulama dan para guru berkata: "Mengapa tidak seorang di antara kami yang mengasuhnya. Kami tidak akan membiarkan engkau mendapatkan keutamaan ini tanpa persetujuan dari kami." Hampir saja mereka berselisih dan bertarung kalau seandainya mereka tidak menyepakati diadakannya undian. Yakni, seseorang yang mendapatkan undian, maka itulah yang akan mengasuh Maryam.

Diadakanlah undian. Maryam diletakkan di atas tanah dan diletakkan di sebelahnya pena-pena orang-orang yang ingin mengasuhnya. Kemudian mereka menghadirkan anak kecil lalu anak kecil itu mengeluarkan pena Zakaria. Zakaria berkata: "Allah SWT memutuskan agar aku mengasuhnya." Para ulama dan para Syekh berkata: "Tidak, undian harus dilakukan tiga kali." Mereka mulai berpikir tentang undian yang kedua. Setiap orang mengukir namanya di atas pena kayu dan mereka berkata, kita akan melemparkan pena-pena kita di sungai, maka siapa yang penanya menantang arus, itulah yang menang:

"Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa." (QS. Ali 'Imran: 44)

Mereka pun melemparkan pena-pena mereka di sungai sehingga pena-pena itu berjalan bersama arus, kecuali pena Zakaria yang menantang arus. Zakaria merasa bahwa mereka akan puas tetapi mereka bersikeras untuk mengadakan undian yang ketiga kali. Mereka berkata: "Kita akan melemparkan pena-pena kita di sungai. Pena yang berjalan bersama arus, maka itulah yang akan mengasuh Maryam." Mereka pun melemparkan pena-pena mereka dan semua berjalan menantang arus, kecuali pena Zakaria. Akhirnya, mereka menyerah kepada Zakaria dan mereka menyerahkan anak itu kepadanya agar Zakaria mengasuhnya. Nabi Zakaria mulai mengasuh Maryam dan mendidiknya serta menghormatinya sampai ia dewasa. Maryam memiliki tempat khusus di dalam mesjid. Ia mempunyai suatu mihrab yang di situ ia beribadah. Jarang sekali ia meninggalkan tempatnya. Ia selalu beribadah dan salat di dalamnya serta berzikir dan bersyukur dan menuangkan cintanya kepada Allah SWT. Terkadang Zakaria mengunjunginya di mihrab. Tiba-tiba, pada suatu hari Zakaria menemuinya dan ia melihat sesuatu yang mencengangkan. Saat itu musim panas tetapi Nabi Zakaria menemui di tempat Maryam buah-buahan musim dingin, dan pada kesempatan yang lain ia menemui buah-buahan musim panas sedangkan saat itu musim dingin. Zakaria bertanya kepada Maryam: "Darimana datangnya rezeki ini?" Maryam menjawab: "Bahwa itu berasal dari Allah SWT." Pemandangan seperti ini berulang lebih dari sekali:

"Setiap Zakaria masuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya." (QS. Ali 'Imran: 37)

Nabi Zakaria adalah seorang tua dan rambutnya sudah dikelilingi uban. Ia merasa bahwa tidak lama lagi hidupnya akan berakhir dan istrinya, bibi Maryam, adalah seseorang wanita tua sepertinya yang belum melahirkan seseorang pun dalam hidupnya karena ia wanita yang mandul. Nabi Zakaria menginginkan agar ia mendapatkan seorang anak laki-laki yang akan mewarisi ilmunya dan akan menjadi nabi yang dapat membimbing kaumnya dan berdakwah kepada mereka untuk mengikuti Kitab Allah SWT.

Zakaria tidak menyampaikan keinginan ini kepada seseorang pun, bahkan kepada istrinya, tetapi Allah SWT mengetahuinya sebelum pikiran itu disampaikan. Pada pagi itu Zakaria menemui Maryam di mihrabnya, lalu ia mendapati buah-buahan yang sebenarnya sudah tidak musim. Zakaria bertanya kepada Maryam:

"Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya." (QS. Ali 'Imran: 37-38)

Zakaria berkata pada dirinya Maha Suci Allah SWT dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Lalu kerinduan mulai menyelimuti hatinya dan ia mulai menginginkan keturunan. Nabi Zakaria berdoa kepada Tuhannya:

"(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engka u, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeningalku, sedang istriku adalah seseorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akmi mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorangyang diridahi. " (QS. Maryam: 2-6)

Nabi Zakaria meminta kepada Penciptanya tanpa mengangkat suara keras-keras agar Dia memberinya seorang lelaki yang mewarisi kenabian dan hikmah serta keutamaan dan ilmu. Nabi Zakaria khawatir kaumnya akan tersesat setelahnya di mana tidak ada seorang nabi setelahnya. Allah SWT mengkabulkan doa Zakaria. Belum lama Nabi Zakaria berdoa kepada Allah SWT hingga malaikat memanggilnya saat ia salat di mihrab:

"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (memperoleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia." (QS. Maryam: 7)

Zakaria kaget dengan berita ini, bagaimana ia dapat memiliki seorang anak. Karena saking gembiranya Zakaria sangat terguncang dan dengan penuh keheranan ia bertanya:

"Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua." (QS. Maryam: 8)

Ia heran bagaimana ia dapat melahirkan sementara ia sudah tua dan istrinya pun wanita yang mandul:

"Tuhan berfirman: 'Demikianlah.' Tuhan berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali." (QS. Maryam; 9)

Para malaikat memberitahunya bahwa ini terjadi karena kehendak Allah SWT dan kehendak-Nya pasti terlaksana. Tidak ada sesuatu pun yang sulit bagi Allah SWT. Segala sesuatu yang diinginkan di alam wujud ini pasti terjadi. Allah SWT telah menciptakan Zakaria sebelumnya dan beliau pun sebelumnya tidak pernah ada. Segala sesuatu diciptakan Allah SWT hanya dengan kehendak-Nya:

"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah herkata kepadanya: 'Jadilah!', maka jadilah ia. " (QS. Yasin: 82)

Hati Nabi Zakaria dipenuhi rasa syukur kepada Allah SWT dan ia pun memuji-Nya. Lalu ia meminta kepada Allah SWT agar memberinya tanda-tanda:

"Zakaria berkata: Ya Tuhanku, berilah suatu tanda.' Tuhan berfirman: 'Tanda bagimu adalah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.' Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang." (QS. Maryam: 10-11)

Allah SWT memberitahunya bahwa akan terjadi tiga hari di mana di dalamnya ia tidak mampu berbicara, padahal saat itu ia sehat-sehat saja tidak sakit. Jika hal ini terjadi padanya, maka hendaklah ia yakin bahwa istrinya hamil dan bahwa mukjizat Allah SWT benar-benar terwujud. Kemudian hendaklah saat itu ia berbicara kepada manusia melalui isyarat dan banyak bertasbih kepada Allah SWT di waktu pagi dan sore.

Zakaria keluar pada suatu hari kepada manusia dan hatinya dipenuhi dengan syukur. Ia ingin berbicara dengan mereka namun ia mengetahui bahwa ia tidak mampu berbicara. Zakaria mengetahui bahwa mukjizat Allah SWT telah terwujud lalu ia mengisyaratkan kepada kaumnya agar mereka bertasbih kepada Allah SWT di waktu pagi dan sore. Ia pun selalu bertasbih kepada Allah SWT dalam hatinya. Zakaria merasakan kegembiraan yang sangat dalam. Malaikat memberitahunya tentang kelahiran seorang anak lelaki yang Allah SWT menamakannya Yahya. Untuk pertama kalinya kita di hadapan seorang anak yang ayahnya tidak memberikan nama kepadanya dan ibunya pun tidak memilihkan nama untuknya, tetapi Allah SWT-lah yang memberinya nama. Dengan kemuliaan yang agung ini, Allah SWT menyampaikan berita gembira kepada Zakaria bahwa anaknya Yahya akan membenarkan kalimat Allah SWT dan akan menjadi seorang yang mulia dan seorang Nabi dari orang-orang yang saleh.

Zakaria gemetar, karena saking gembiranya. Air matanya mulai berlinangan dan jenggotnya yang putih mulai basah. Ia salat kepada Allah SWT sebagai tanda syukur atas pengkabulan doanya dan kelahiran Yahya. http://www.dongengkakrico.com/

12 Jan 2011

Judulnya, Sore yang Indah




Sore yang indah ketika berjalan menyusuri trotoar berdebu. Sesak dengan pedagang yang beradu.

Sore yang indah ketika menikmati perjalanan pulang menuju halte bus sepulang bimbingan belajar yang melelahkan.

Sore yang indah ketika menunggu bus menjemput hingga adzan maghrib menyahut.

Sore yang indah ketika mengamati pemandangan muda-mudi yang saling bergelayutan. Dilain tempat, orangtuanya berjuang mencari keping rupiah bermimpi anaknya bisa sekolah.

Sore yang indah ketika menyaksikan insan-insan mulai menggelar tempat tidurnya yang nyaman dan empuk di emperan toko.

Sore yang indah ketika datanglah angkutan umum yang dinanti.

Sore yang indah meski harus mengalah pada ibu-ibu yang mengajak serta buah hatinya setelah capai berwisata menulusuri pasar demi pimpinan yang semakin menginjak.

Sore yang indah, tak kan ada sore yang bisa mengalahkan perjalan pulang sekolah saya. Sore yang penuh akan intrik dan hikmah jika bisa memahami arti kehidupan yang sesungguhnya. Sore yang tidak dibuang dengan kesia-siaan. Bukan sore yang dinikmati dengan tangan bergelayutan. Tak berfikir bagaimana orangtuaku membelikan baju untuk penampilanku. Tak berfikir bahwa yang dilakukannya hanyalah "bullshit".


Sore yang indah, memang. Disini kau akan mengetahui banyak hal yang menurutmu hanya ada di Televisi. Keadaan tumpah darahmu ini akan membuatmu semakin ingin melepaskan segel "kyubi" yang ada dalam dirimu. Mengaum, berontak dan mencakar wajah parlemen dan pimpinan yang terhormat.

Bagaimana bisa mereka asyik dengan kemewahan dari rakyat yang makan nasi aking hanya untuk mereka yang terhidang puluhan jenis sajian. Tak berfikirkah Tuan dan Nyonya itu akan perhitungan yang akan dijatuhkan kepada mereka?? Berebut kursi pimpinan tak pikirkan akibatnya.

Butuhkah kalian para pemimpin, bimbingan belajar dan pulang sore untuk menikmati sore yang indah????

Sore memang indah, kawan!!!! Senangnya, punya sore yang indah.