27 Feb 2011

Trio Mukhlisin

Abdullah bin ‘Umar r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Terjadi pada masa dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam didalam sebuah gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang didalam gua itu, jatuh sebuah batu besar dari atas bukit dan menutupi pintu gua itu, hingga mereka tidak dapat  keluar. Maka berkatalah mereka: Sungguh tiada yang dapat menyelamatkan kami dari bahaya ini, kecuali jika tawassul kepada Allah dengan amal-amal shalih yang pernah kamu lakukan dahulu kala. Maka berkata seorang dari mereka: Ya Allah dahulu saya mempunyai ayah dan ibu, dan saya tidak biasa memberikan minuman susu pada seorangpun sebelum keduanya (ayah-ibu), baik pada keluarga atau hamba sahaya, maka pada suatu hari agak kejauhan bagiku menggembala ternak, hingga tidak kembali pada keduanya, kecuali sesudah malam ayah dan bundaku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya, dan sayapun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapa pun sebelum ayah bunda itu. Maka saya tunggu keduanya itu hingga terbit fajar, maka bangunlah keduanya lalu minum dari susu yang saya perahkan itu. Padahal semalam itu juga anak-anakku sedang menangis minta susu itu, dari dekat kakiku. Ya Allah jika saya berbuat benar-benar karena mengharapkan keridlaanMu, maka lapangkanlah keadaan kami ini. Maka menyisih sedikit batu itu, hanya saja mereka belum dapat keluar dari padanya.

Berdo’a yang kedua: Ya Allah dahulu saya pernah terikat cinta kasih pada anak gadis pamanku, maka karena sangat cinta kasihku, saya selalu merayu dan ingin berzina kepadanya, tetapi ia selalu menolak hingga terjadi pada suatu saat ia menderita kelaparan dan minta bantuan kepadaku, maka saya berikan padanya uang seratus duapuluh dinar, tetapi dengan janji bahwa ia akan menyerahkan dirinya kepadaku malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada diantara dua kakinya, tiba-tiba ia berkata: Takutlah kepada Allah dan jangan kau pecahkan tutup kecuali dengan halal. Maka saya segera bangun daripadanya padahal saya masih tetap menginginkanya, dan saya tinggalkan dinar mas yang telah saya berikan kepadanya itu. Ya Allah bila saya berbuat itu semata-mata karena mengharap ridhoMu, maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini. Maka bergeraklah batu itu menyisih sedikit, tetapi mereka belum juga dapat keluar daripadanya.
Berdo’a yang ketiga: Ya Allah saya dahulu sebagai majikan, mempunyai banyak buruh pegawai, dan pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu, segera dia meninggalkan upah dan terus pulang kerumahnya tidak kembali. Maka saya pergunakan upah itu hingga bertambah dan berbuah hingga merupakan kekayaan. Kemudian setelah lama datanglah buruh itu berkata: Hai Abdullah berilah kepadaku upahku dahulu itu? Jawabku: Semua kekayaan yang ada didepanmu itu daripada upahmu yang berupa unta, lembu dan kambing serta budak penggembalanya itu.
Berkata orang itu: Hai Abdullah kau jangan mengejek kepadaku. Jawabku: Aku tidak mengejek kepadamu. Maka diambilnya semua yang saya sebut itu dan tidak meninggalkan satupun daripadanya. Ya Allah jika saya berbuat itu demi keridhaanMu , maka hindarkan kami dari kesempatan ini. Tiba-tiba menyisihlah batu itu hingga keluar mereka dengan selamat. (Buchary, Muslim)  Dikutip dari: “Tarjamah Riadhus Shalihin” karangan Salim Bahreisy

16 Feb 2011

Becoming “Adigang Adigung Adiguna” Person


Judulnya aku keren deh ah!! haha, piss tantee ini mikirnya ada 24 jam ga tidur dua hari tiga malem non stop loo (doohh, keliatan banget boongnya ya!)

Kenapa pakai judul itu? Karena “Adigang Adigung Adiguna” adalah peribahasa yang sangat terkenal menurut pandangan saya. Alasannya? Sering banget muncul waktu saya ulangan pas SD dulu. Hei, itu terkenal lo dikalangan kelas saya. Heran juga, siapa sih yang nyiptain, kalau ketemu saya mau kasih beliaunya tepuk tangan yang luar biasa heboh. Menciptakan suatu peribahasa yang mempunyai makna yang sangat dalam dengan diksi yang sangat indah didengar mata. Dengan Triple-A diawal tetapi sajak yang berbeda dibelakang. Keren. Tunggu, tunggu, adakah yang belum tahu artinya? Kok bisa? Memang sih ini peribahasa Jawa. Baiklah, saya nyerah ternyata ada yang belum tahu artinya. Artinya adalah ”Wong sing ngandelake kekuwatan, kaluhuran lan kapinterane”.

Menjadi seseorang yang mampu menjadi “Adigang Adigung Adiguna” bukanlah persoalan yang mudah. Jika ada orang yang punya Adigang, dia tak punya Adigung dan Adiguna. Jika punya Adiguna, dia tak punya Adigung atau Adigang. Begitu seterusnya. Memang sulit menjadi seseorang yang sempurna. Selalu saja ada banyak tempaan. Manusia masih mempunyai “Ghorizah” yang memang diciptakan Allah untuk menguji mana hambanya yang beriman. Apa salahnya kita mencoba? Ya kan. Adigang Adigung Adiguna adalah perwujudan dari keimanan, ketakwaan, dan kepatuhan terhadap apa yang telah diajarkan agama selama ini.

Adigang, mewujudkan kekuatan seorang yang mempunyai kekuasaan. Kekuasaan yang menjadikannya terhormat dan dihormati. Kemauan apa yang diinginkannya akan selalu terpenuhi karena kekuasaan yang dimilikinya. Kekuatan yang disalahpahamkan akan menjadikan dirinya seorang yang angkuh dan bengis. Menindas orang kecil dan lemah. Berbuat apapun sekehendak hatinya tanpa merasa bersalah dan berdosa. Merasa hidupnya ada di awang-awang. Luas dan tanpa batas. Menabrak, mengobrak-abrik tatanan kehidupan yang tertib. Akibatnya, hancur orang itu.

Karena itulah, dibutuhkan Adigung untuk orang tersebut. Sebagai buffer yang menjadi dapar supaya tidak berbuat seenak hati. Adigung adalah perwujudan sifat baik. Apik. Jika orang tersebut mempunyai kekuasaan, kekuatan tapi juga diimbangi dengan sifat yang siip dia benar-benar akan menjadi orang yang dihormati sepanjang masa. Karena dia berkuasa, sifatnya juga luhur, menyayangi yang lemah, takwa, taat pada agama, keren banget lah. Eits, orang kalau terlalu baik juga ga bagus lo!!. Ada orang datang memelas-melas minta bantuan, ga kira-kira dianya minta seluruh harta dan kekuasaan buat dia. Gara-gara dia terlalu baik, semua bakal dikasiin juga tuh. Kaya Indonesia nih, dibohongin orang luar negeri mau aja, terlalu baik Indonesia mah.

Nah, butuhlah sifat yang terakhir, yaitu, Adiguna yaitu orang yang pintar. Biar nggak gampang dibohongin orang. Kalau ini salah, tahu yang bener yang mana. Saya pernah denger dari pak Mario Teguh, katanya gini, “kalau orang yang mempunyai ilmu yang banyak, maka dia akan mengetahui banyak kesalahan sehingga dia tidak akan menjalankan kesalahan itu, dia justru akan berbuat yang terbaik”. Tuh, kalau jadi orang berilmu asyik. Ayo cari ilmu, biar pinter. Ada persyaratanya: orang yang pintar tapi tidak punya kebaikan, dia justru akan menyombongkan ilmu yang dimilikinya. Percuma kalau berilmu tapi Cuma untuk bangga-banggaan, mala tidak akan barokah. Ada lagi kalau orang pintar tidak punya kekuasaan, dia juga tidak bisa mengubah dunia untuk menjadi lebih baik. Makanya, dia juga butuh Adigang dan Adiguna.

Akhir, Kita harus punya ketiganya untuk menjadi pribadi yang TOP. Ada banyak filsafat jawa yang akan menuntun kehidupan kita menjadi lebih baik. Adigang Adigung Adiguna hanyalah sebagian kecil dari itu semua. Ada yang mau mencoba menjadi Adigang Adigung Adiguna?? Kita harus lo! Sebagai seorang remaja kita wajib mempunyai Adigang Adigung Adiguna untuk mengubah dunia. Karena apa?? Karena I WANT TO CHANGE THE WORLD. Seperti lagunya soundtracknya Inuyasha. (Aldila)