23 Des 2013

Catatan Akhir Semester

23 Desember 2013
Selesai sudah. Semester limaku sudah di ujung batas. Tepat hari ini aku menyerahkan tugas kuliah semester limaku kepada ibu dosen yang terhormat. Sekedar memberitahu, hari ini adalah hari senin, dan hari ini adalah hari pertama libur semester ganjil. Jadi intinya, hari ini adalah hari UAS-ku yang terakhir sekaligus hari pertama liburanku. You know what? Aku ujian di hari pertama liburan. Ah, betapa indah liburanku semester ini. Sebenarnya semster ini bukan pertama kalinya aku mengalami hal ini karena semester yang lalu aku juga ujian di hari pertama liburan. Dan bagiku, itu adalah pengalaman yang luar biasa. Sangat menyenangkan bisa berada di kampus ketika semua liburan. Lalu ketika anak dari kelas atau jurusan lain bertanya, “kamu mau kemana?” aku akan menjawab “aku hari ini ujian, hiks hiks”. Ya, bagiku ini adalah hal yang menyenangkan. Tapi tidak dengan ujiannya. Haha.
Semester ini aku mendapatkan mata kuliah yang sangat berat, hampir semua mata kuliah adalah mata kuliah proyek yang artinya aku tidak dituntut untuk memiliki kognisi yang bagus, tapi justru praktik yang bagus. Kelasku hampir tidak ada ujian tulis sama sekali untuk UAS kali ini karena semuanya adalah tugas proyek.
Bisa dikatakan semester ini adalah semester terberat, termahal karena biaya untuk menghasilkan tugas itu juga sangat mahal, dan tertekan. Semua ada di semester ini. Semester depan, yang artinya adalah semester enam berarti. Di semester enam, seperti yang sudah kucek seelumnya, hanya ada 5 matakuliah dan sepertinya tidak akan terlalu menyenangkan seperti semester ini. terlebih, hampir semua mata kuliah sisa adalah mata kuliah pilihan atau mata kuliah minor. Entah kenapa aku merasa berat untuk meninggalkan semester ini. Seperti biasa, aku susah untuk move on dari suatu kondisi ke kondisi lain. Aku hanya merasa seperti tidak ingin segera dewasa. Masih menyenangkan menjadi mahasiswa dengan tugas dan deadline. Dan ini semua membuat  penyesalanku karena aku tidak pernah menggambarkan suka dan citaku pada selembar kertas. Oh well, sekarang kertas sudah tidak masa lagi. Sekarang sudah ada blog yang mampu menampung segala rasa yang ingin kita sampaikan.
Terima kasih blog, catatan ini kutulis di sebuah senin terakhir aku berada di semester lima, senin terakhir di tahun 2013 aku mengerjakan tugas di semester lima. 

19 Des 2013

Nikmatnya Berorganisasi Sejak Dini



Pers Jurnalistik adalah Organisasi pertama yang saya ikuti selama ini. Saat itu pula saya menemukan teman selain dari teman satu kelas. Manusia-manusia di dalam foto itu  adalah teman saya di dalam organisasi tersebut. Foto itu diambil seusai rapat Penerimaan Anggota Baru klub jurnalistik kami. Artinya, saat itu kami masih kelas 2 Madrasah Aliyah. Saat itu juga kesempatan pertama bagi saya untuk menjadi panitia di dalam sebuah kegiatan. Saya ingat betul saat itu saya menjadi bendahara kegiatan. Saya tidak pernah menjadi bendahara sebelumnya kecuali bendahara kelas ketika sekolah dasar. Tapi tentu saja, itu semua berbeda dengan bendahara kegiatan. Ada banyak peraturan yang harus dilakukan bendahara kegiatan seperti membuat proposal keuangan juga laporan pertanggungjawaban. Bagi saya yang tidak pernah menjadi panitia apapun sebelumnya, itu adalah saat tersulit bagi saya.
Untungnya, banyak teman yang mendukung saya dan membantu saya ketika kesusahan. Mereka yang ada difoto itu adalah teman yang sering membantu saya. Saat ini, ketika saya sudah masuk ke berbagai organisasi, saya masih mengingat dengan jelas bagaimana sepak terjang kami ketika kami masih berada di masa itu. Begitu banyak tawa dan air mata yang saya tumpahkan. Begitu banyak canda dan begitu banyak pengorbanan. Ah, masa SMA benar-benar mengenang bukan?

25 Okt 2013

Menengok Anak-anak Lintas Ruang dan Waktu

Saya pikir banyak anak jaman sekarang yang sudah tidak mengetahui permainan-permainan jaman saya masih kecil dahulu. Bukan kecil dalam artian badan masih kecil lho. Maksud saya, ketika umur saya masih dini.
Banyak permainan sederhana yang tidak membutuhkan biaya mahal yang bisa saya gunakan untuk bersenang-senang sekaligus berimajinasia. Bersama tetangga-tetangga kecil saya, saya biasa menemukan dunia saya yang sangat ‘anak-anak’.
Hal-hal seperti itu sudah jarang saya temui lagi di dunia anak-anak jaman sekrang. Bahkan saya merasa kalau anak-anak sekarang sudah tidak bisa berimajinasi lagi. Suatu kali, saya mengajarkan sebuah permainan masa kecil saya yang sangat saya senangi kala itu. Saya menyebutnya permainan rumah-rumahan. Saya yakin, teman-teman seusia saya pasti tahu permainan itu. Saya dan teman-teman acapkali berpura-pura bahw yang kami lakukan adalah yang sungguhan.
Pada jaman saya dulu, saya dan teman-teman sering mengambil sendok dan perkakas ibu untuk kami gunakan di luar. Kami membuat masakan yang sering kami temui.misalnya mie. Kami juga membuat mie, bukan dengan tepung tetapi dengan daun yan diiring tipis-tipis hingga menyerupai mie yang memanjang. Kami juga bisa membuat minya sendiri. Dengan daun yang biasa kami sebut dengan daun waru kami bisa membuat minyak yang kental. Kami juga bisa memarut kelapa dengan menggunakan batu bata sisa dari bangunan rumah tetangga lalu kami perut dengan alat memarut dari genting. Banyak hal bisa kami lakukan hanya dengan barang yang biasa kita temui sehari-hari, dengan imajinasi, kita bisa menganggap bahwa itu adalah dunia nyata.
Jaman berbeda saya temui di usia adik saya, dia tidak bisa berimajinasi. Dia sudah menggunakan akal logisnya untuk berpikir. Ketika saya mengatakan bahwa mie dari daun itu adalah ‘mie’ dia mengatakan bahwa itu adalah daun. Tidak lagi mengatakan bahwa tu adalah mie. Banyak hal yang saya pikir itu adalah hal yang sangat menarik bagi saya dulu saya sampaikan ke adik saya tetapi dia mengatakan hal yang logis-logis saja. Saya pikir itu adalah sesuatu yang tidak bagus.
Anak-anak harusnya banyak berimajinasi untuk mengembangkan kemmapuan otak kanannya. Ini adalah akibat dari berkembangnya dunia anak-anak yang serba instan dengan permainan-permainan yang juga instan. Anak-anak maunya hanya bermain mainan yang tinggal beli saja. Inillah yang saya pikir membuat anak-anak susah untuk berimajinasi.
Padahal permainan-permainan tradisional bagus untuk perkembangan sosial anak. Tak heran, anak jaman sekrang banyak yang indivisualis dan tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain lagi.
Suatu hari saya melaksanakan perjalanan antar kota yang mengharuskan saya menggunakan angkutan bus. Pemandangan yang sangat tidak mengenakkan saya temui di dalam bus. Entah anda sebagi pembaca setuju atau tidak bahwa ini adalah pemandangan tidak baik. Ada dua orang pemuda yang saya kira masih SMA duduk di kursi penumpang berdampingan. Semua kursi sudah penuh sehingga mengharuskan saya untuk berdiri. Saya tidak masalah, karena bagi saya saya sudah kalah karena tidak ikut berlari untuk mendapatkan tempat duduk tadi. Masalahnya, bukan hanya saya saja yang berdiri, ada ibu-ibu yang baru masuk ke bus juga berdiri. Dia terlihat tidak kuat  untuk berada di dalam bus. Saya pikir seharusnya dua pemuda tadi harusnya mau berdiri dan menggnatikan ibu yang berdiri. Itu berasal dari falsafah kita bahwa kita harus manyayangi yang muda dan menghormati yang tua. Seharusnya pemuda ini mau menghormati ibu-ibu yang lemah ini untuk berdiri. Dan ini membuktikan bahwa anak jaman sekrang sudah tidak peduli oran lain lagi. Mereka hanya peduli kepada diri mereka sendiri saja. 

Kritis Menyikapi Sinema Elektronik Indonesia

       Saya pikir, dunia sinetron Indonesia saat ini sudah sangat jauh dari kata sehat. Banyak orang Indonesia yang berppikir serupa dengan saya. Semakin lama, orang Indonesia tentu sudah pandai untuk memilah dan memilih mana tayangan yang bagus dan mendidik. Dan sinetron adalah salah satu yang paling tidak mendidik. Survei menyebtukan bahwa sinetron bisa membuntukan jalan berpikir dan bisa menghamba tumbuh kembang anak. Apalagi sinetron yang dikatakan sinetron anak. Sungguh tidak baik menurut saya. Sinetron mengajarkan anak-anak untuk berpacaran dan bermusuhan dengan teman sejawatnya.
1.    Sinetron Ajarkan Sinisme dan Sarkasme
Bagi orang-orang yang suka menonton tayangan sinetron, tentu sudah mafhum dengan apa yang diajarkan di dalam televisi. Sangat jarang ditemukan adanya sinetron yang murni dari tokoh antagonis. Masalahnya adalah, sine
2.    Sinetron Indonesia Tidak Wajar Sama Sekali
3.    Sinetron Indonesia Jauh dari Realita Saat Ini
4.    Sinetron Indonesia Tidak Memberikan pengetehuan kepada penonton
Dan lagi, sinetron Indonesia selalu mengangkat isu sosial yang sama. Biasanya, mereka hanya megambil satu sudut pandang yang berbeda lalu selanjutnya cerita berkembang menjadi sebuah cerita berkepanjangan yang kita sendiri tidak tahu kapan habisnya. Sinetron indonesia tidak pernah fokus dalam perjalanan konflik dan alurnya. Seperti kita ketahui sbeelumnya, unsur intrinsik dalam sebuah karya salah satunya adalah alur dan konflik.
         Alur adalah.... (bla bla bla, saya tahu Anda pernah mendapatkan tentang teori ini di sekolah)
         Konflik adalah..... (bla bla bla)
Masalahnya, sinetron indonesia tidak pernah membawakan kisahnya dengan runtut dan jelas sehingga menghantarkan cerita yang apik dan berakhir jelas. Kebanyakan, kisah yang dibawakannya akan melenceng dari awal lalu memunculkan tokoh-tokoh baru untuk mengguncang tokoh utama yang sangat jauh dari dunia kenyataan. Barangkali banyak penonton yang berpikir dan mengomentari pemain di sinetron dengan mengatakan “kok ya ada ya orang seperti itu?”. Ya, seperti itulah, tidak ada orang seperti itu di sini. Kembali lagi ke ide awal, sinetron indonesia tidak pernah berjalan sesuai dengan alur cerita awalnya. Intinya, banyak sinetron yang dibuat hanya untuk mencari uang. Kita tidak bisa memungkiri semua orang butuh uang, ya kan? Karena itulah, susah menemukan drama Indonesia yang berkelas dan memiliki nilai moral yang baik.
Salam.
Mahasiswi galau.

Bahasa dan Jenis Kelamin

       Sekedar ingin berbagi kepada kawan-kawan tentang apa yang saya dapatkan dari belajar saya di bangku perkuliahan. Ini adalah tugas saya. Hasil pekerjaan saya dengan mengutip dari orang lain, tentu saja. Bukan masalah pengutipan yang terpenting, tapi yang penting adalah bagaimana kita mempersepsi bahasa yang kita gunakan sehari-hari :)

Bahasa yang digunakan oleh pria dan wanita mempunyai perbedaan. Perbedaan yang terjadi tidak ditunjukkan dengan struktur bahasa yang berbeda akan tetapi lebih kepada faktor-faktor non-linguistik. Faktor pembeda ini juga bukan karena faktor geografis, karena faktor geografis tidak mempengaruhi penggunaan bahasa seorang pria atau wnaita. Perbedaan bahasa antara pria dan wanita terjadi karena adanya judgemenet khusus dari masyarakat terhadap perbedaan jenis kelamin. Kategori sosial tertentu (usia dan jenis kelamin) bisa ditandai oleh perilaku komunikatif yang khas (Ibrahim, 1995: 82). Perilaku-perilaku tersebut diantaranya; gerak anggota badan, suara dan intonasi, juga fonem. Pada masyarakat arab, pria lebih banyak menggerakkan anggota badan daripada wanita sedangkan pada masyarakat Jawa, wanita lebih banyak menggunakan ekspresi wajah daripada wanita. Suara wanita lebih nyaring daripada pria dan pada bahasa tertentu wanita mengguankan fonem yang berbeda daripada pria. Perbedaan-perbedaan ini wajar dilakukan dalam masyarakat dan masyarakat mengganggap jika ada pria atau wanita yang melakukan tindakan di luar kebiasaan dianggap tidak wajar dan dicemooh.
Kasus perbedaan penggunaan bahasa antara pria dan wanita yang paling mencolok terjadi pada masyarakat Eropa di Hindia Barat, yang sebelumnya adalah negara otonom Belanda yaitu Antillen. Masyarakat di sana mengalami perbedaan ragam bahasa. Antara pria dan wanita masing-masing menggunkan kosakata dan frasa sendiri-sendiri dengan tidak mencampuri sama sekali. Mengenai penyebab dari perpecahan antara pria dan wanita ini ada dua teor. Yang pertama adalah karena adanya “penyerbuan” serta “perpecahan” dan karena adanya “percampuran”. Sedangkan teori yang kedua adalah adanya gejala tabu.
Menyangkut masalah tabu, dalam teori perbedaan penggunaan bahasa antara pria dan wanita ada dua teori. Teori yang pertama adalah teori tabu, dan teori yang kedua adalah teori sistem kekerabatan. Teori tabu menyebutkan bahwa perbedaan penggunaan bahasa oleh pria dan wanita adalag karena gejala tabu dalam masyarakat. Kata ‘ngabuburit’ jika pada masyarakat sunda adalah suatu yang wajar dan biasa akan tetapi pada bahasa Jawa-Banjar (campuran) artinya sudah berbeda dan dianggap tabu karena bermakna ‘mencium pantat’ (Rozi, 2013). Teori tabu yang seperti ini bisa menyebabkan perbedaan antara pria dan wanita pada beberapa bahasa. Teori sistem kekerabatan memunculkan sebuah teori jika bahasa mengalami perbedaan bukan hanya karena tabu melainkan juga karena hubungan kerabat dan jenis kelamin. Akan tetapi yang harus diingat, perbedaan ini disebabkan karena penuturnya bukan tuturannya.
Bahasa Koasati adalah bahasa yang diperhatikan dalam sosiolingustik karena juga membedakan kosakata antara pria dan wanita. Wanita koasati umumnya lebih konservatif daripada prianya oleh karena itu, wanita Koasati lebih menguasai ragam baku daripada pria. Selain masalah kekonservatifan, sikap sosial dari masyarakat tutur juga menyebabkan adanya perbedaan ragam bahasa. Dalam bahasa Inggris, wanita cenderung menggunakan bahasa baku untuk prestise dan sebagai peranan sosial. Selain itu, wanita juga pelopor perubahan untuk menggunakan bahasa ragam baku daripada pria yang lebih suka dengan bahasa-bahasa inovatif.
Di Indonesia yang memiliki beragam bahasa. Kedudukan bahasa Indonesia dianggap tinggi dan lebih berprestise sehingga kaum wanita lebih sering menggunakan bahasa tersebut dari pria meskipun lebih banyak pria yang bisa menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, wanita Indonesia juga masih sama dengan wanita-wanita lainnya yang konservatif karena wanita Indonesia lebih senang dengan bahasa Ibu misalnya bahasa Jawa. Ini artinya, dimanapun wanita berada wanita lebih suka dengan bentuk bahasa baku dan lebih suka dengan kekonservatifan. Menurut saya, ini dikarenakan sifat lahiriah dari wanita itu sendiri.
Selain bahasa pria dan wanita, bahasa dari seorang dengan jenis kelamin wanita-pria (waria) pun menjadi ragam tersendiri. Di Indonesia khususnya, waria biasa mengguanakan ragam bahasa rahasia yang hanya biasa digunakan di antara mereka saja. Ragam bahasa wria mempunyai 2 kaidah. Kaidah yang pertama adalah perubahan bunyi dan yang kedua adalah karena penciptaan kosakata baru.

Daftar Rujukan
Ibrahim, Abd. Syukur. 1995. Sosiolinguisti: Suatu Model Fungsional Bahasa. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rozi, Ahmad. 2013. Mengapa Ngabuburit Dianggap Tabu? http://bahasa.kompasiana.com/2013/07/21/mengapa-ngabuburit-dianggap-tabu-578567.html (online). Diakses pada tanggal 5 Oktober 2013.