18 Des 2014

DESEMBER (2)




Penutup?
Dalam penutup barangkali kau juga perlu kesimpulan dan saran
Juga daftar rujukan, kurasa.

Bagaimana perjalanan keduabelas tigapuluh harimu?
Berlalu dalam suka,
Atau...
Berlarut dalam duka?

Desember adalah senandung pilu
Juga senandung ria bahagia
Di akhir ajal tahun, juga janin yang akan memulai tahun
Apa kabar harimu?
Telah kau tuliskan lelagumu juga lelakumu?

DESEMBER



Hai, bulan yang basah!
Tentu kau sedang bersuka cita.
Hujan tiada henti merintik dalam hari-harimu.

Tentu kau gembira,
Melihat manusia-manusia berkecipak takut
Aku tau kau merasakannya

Aku melihatmu tersenyum sore itu
Aku tahu kau terpeseona padanya, atau.....
Kau.....

Ah, aku melihatmu tersenyum sore itu
Ketika ia menyingsingkan pakaiannya dari lumpur
Lalu...
Menghujat hujan

Mungkinkah kau tersenyum lalu berkata:
“Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?”

16 Des 2014

Endonesa, haha!

sumber gambar: wikipedia

Jadi orang Indonesia itu enak.

Yang dikata lemah,
Pagi-pagi ngerumpi
Lalu ngopi

Yang dikata kuat,
Pagi-pagi ngerumpi pakai lepi
Berkonspirasi
Lalu korupsi

Yang dikata lemah,
Duduk tanpa geming meminta remah murah

Yang dikata kuat,
Memberi obat kuat,

Haha.


“Dari mana?”

Konspirasi Tikus

sumber gambar: unduhanmusic.blogspot.com

Malam itu,
Tetikus berkumpul di lubang saluran pembuangan.
Seperti deret fibonacci mereka berdatangan ke arena rapat tetikus:
Satu, dua, tiga, lima, delapan, hingga terus bertambah lagi.

Malam itu,
Tetikus meraut geriginya, menghasut saudara-saudarinya.
Mereka sudah lelah diam
Diam parsial dengan bebunyian
Tetapi bukan bunyi lambang yang dianggap manusia bahasa.
Mereka lelah dianggap bisu, dianggap sampah, dianggap penjahat oleh makhluk yang menganggap dirinya paripurna: manusia.

pencurian,
penyogokan,
penyuapan,
perampasan,
selalu saja diatasnamakan kepada mereka: tikus.

 “tidak”, pikir tikus.
mereka harus bergerak, mereka harus merdeka.
Bukan mereka yang mencuri, menyogok, menyuap, dan merampas sesamanya.
Maka malam itu,
Tetikus bergerak, berkomplot, bersekongkol,
mengajukan petisi kepada makhluk berdasi itu.
Mereka berproklamasi malam itu.
Mereka ingin merdeka!!!

19 Okt 2014

...

Guru memang hanya punya dua mata. Yang jika digunakan untuk menyisir seluruh kelas, sudah pasti tak bisa. Saat memandang ke pojok kanan, siswa di pojok kiri berulah. Saat memandang ke salah satu siswa, siswa lainnya berulah. Mata guru hanya sebatas itu. Tak mampu memandang ke segala arah. Mata guru memang bukan mata lebah, mata yang faset, mata yang majemuk. Namun saat di dalam kelas, sudah seharusnya guru mampu menggandakan matanya. Menyapu seluruh siswa. Mengamatinya. Adakah siswa yang melamun? Adakah siswa yang gaduh? Adakah siswa yang menatap kosong? Adakah siswa yang.... Intinya, guru harus terus waspada agar tak ada siswa yang tidak mengikuti pembelajaran. Bukan. Bukan untuk kepentingan guru. Ini semua untuk kepentingan siswa. Agar ia tak beroleh salah untuk masa depannya.

12 Okt 2014

Menjejak Diesna UM Tahun Keempat


Mengenang kenangan dengan berfoto? Ah, sudah biasa.
Mengenang kenangan dengan tulisan? Mengapa tidak? Toh, ketika belum ada dunia fotografi, orang-orang di zaman dahulu mencetak sejarah dengan tulisan. Dan itu, worth banget!

Hari ini, tepatnya tanggal 12 Oktober 2014 adalah hari peringatan Dies Natalis kampus saya Universitas Negeri Malang, yang ke 60. Dan tidak pernah saya duga akan hadir secepat ini. Rupanya, ini adalah Diesna keempat yang saya ikuti semenjak saya dinyatakan diterima di kampus ini. Tak banyak berubah. Masih dengan jalan sehat, pembagian doorprize (yang saya tidak pernah dapat), hingga tampilan band-band lokal yang menggoyang awak kampus UM selepas berlelah-lelah jalan.

Diesna pertama yang saya ikuti adalah saat saya masih (sangat) junior di kampus. Masih semester satu. Masih bau seragam abu-abu. Masih kangen-kangennya dengan ibu. Ketika itu, saya menikmati diesna ini bersama dengan teman-teman Asrama Mahasiswa UM. Baik putra maupun putri. Satu kata yang bisa saya ungkapkan kala itu adalah SERU! Kami semua memakai kaos berwarna sama dan sepanjang jalan meneriakkan yel-yel serta mars asrama. Ampun deh, kalau sekarang saya ingat masa itu saya merasa malu. Kok bisa ya, dulu seperti itu... Hahaha. Seperti anak SMA saja.

Diesna kedua yang saya ikuti, tahun 2012, saya masih bagian dari keluarga asrama UM. Kali ini saya sudah tidak bau seragam abu-abu lagi. Sudah setingkat lebih tinggi. Walaupun badan sudah tak bisa tinggi. Di tahun 2012 itu, saya mengulangi hal yang sama dengan tahun 2011. Mengenakan seragam yang sama, sepanjang jalan menyanyikan yel dan mars asrama. Bersenda gurau dengan teman dan adik asrama. Hingga berfoto bersama rektor UM.

Diesna ketiga, saya masih junior, tapi lebih senior. Tapi ada yang lebih senior lagi. Hahaha. Intinya sih, masih ada yang lebih tua di atas saya dan kawan-kawan seangkatan. Tahun itu, saya sudah tidak di asrama lagi. Tapi bau-bau asrama masih menyelimuti kami. Bagaimana tidak, sepanjang jalan, yang kami temui adalah mahasiswa-mahasiswa berkaos "Asrama" yang memanggil kami dengan 'Mbak'. Lalu pada akhirnya, kami bergabung lagi dengan warga-warga asrama.

Sepertinya, asrama memang tidak pernah lepas dari kehidupan saya (dan kawan-kawan). Kawan-kawan itu siapa saja? Yang jelas, ada.

Diesna keempat, tahun ini. Tahun puncak saya dengan jabatan mahasiswa UM. Barangkali tahun depan sudah tak kami miliki lagi KTM bertuliskan Universitas Negeri Malang yang kerap kami gunakan untuk masuk ke perpustakaan itu. Sebetulnya, saya tidak ada rencana sama sekali untuk mengikuti jalan santai hari ini. Lelah. Tuntutan-tuntutan  demi menyandang gelar sarjana begitu mencekik. Tapi pada akhirnya saya putuskan untuk mengikuti diesna hari ini. Saya tidak bisa merasakan jabatan mahasiswa setiap hari, lagi pula. Kapan lagi saya bisa mengikuti agenda kampus? Iya kan? Dan tidak saya sangka, ternyata banyak orang yang saya kenali (dari asrama, lagi hahaha) mengikuti jalan sehat ini. Awalnya kami datang secara terpisah tetapi ketika berjalan, seorang demi seorang yang datang dari masa-masa di asrama hadir di depan mata. Yang awalnya kami hanya kelompok kecil, menjadi kelompok besar lagi. Tapi tidak menyanyikan yel dan mars asrama lagi. Malu.

Yeah, akhirnya lengkap sudah. Empat tahun penuh saya mengikuti diesna dengan rajin. Dengan orang-orang yang sama namun dengan kondisi yang berbeda.

ALR, 12 Oktober 2014

13 Sep 2014

Pengetahuan dari Menjelajah Wikipedia

Errrr..... Jadi ini bukanlah suatu artikel tapi kumpulan status saya di Facebook yang sengaja saya masukkan di blog dan menghapusnya dari beranda Facebook. Hahaha. Saya adalah tipe orang yang suka menulis aneh-aneh menjadi status Facebook yang kalau di kemudian hari akan saya hapus karena saya malu dengan tulisan tersebut. Barangkali saya punya kepribadian ganda ya? Ada anak Psikologi? Hahaha.

Oke, status saya yang pertama begini:

Baru saja berwikipediaan dan saya menemukan ini, uwaaaaah.... selama ini saya tahu kalau di Indonesia itu ada banyak bahasa, tapi gak nyangka kalau Indonesia tuh seindah ini Saya cinta bahasa Indonesia, kula tresna marang basa Jawa

*rada endel, wikipedianya bahasa Inggris

http://en.wikipedia.org/wiki/Languages_of_Indonesia


Isi dari link ke Wikipedia itu adalah artikel bahwa bahasa di Indonesia itu ada banyak sekali, yang satu antara lain saling memiliki keterkaitan masing-masing. Begitu. Buka link-nya deh!

Status saya yang kedua begini:
Borneo sama dengan Kalimantan. Yep, saya sering mendengar kalimat yang seperti ini. Tapi saya sering bertanya-tanya sendiri, kenapa harus ada dua istilah untuk menyebut sebuah pulau? Pasti ada asal muasalnya 'kan ya? Nah, setelah saya berpikir ulang dan "browsing-browsing" akhirnya saya mendapatkan jawabannya.

Borneo dan Kalimantan itu memang sama. Sama-sama pulau yang terletak di kanan Sumatra dan di atas Jawa pada peta. Yah, setidaknya menurut persepsi saya sih. Bedanya, Borneo adalah sebutan internasional untuk menyebut pulau itu yang termasuk di dalamnya ada Malaysia, Brunei Darussalam, dan Kalimantan (Indonesia). Sedangkan Kalimantan sendiri adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian Indonesia yang terletak di Borneo itu. Hmmmm.... Kita tidak menyebut Malaysia adalah bagian dari Kalimantan 'kan ya?


Status yang ini saya tulis berkat pengalaman saya sendiri. Saya juga tipe orang yang selalu bertanya hal-hal aneh yang tidak pernah saya tanyakan kepada orang lain dan menyimpannya sendiri. Lalu suatu hari, akan saya cari jawaban tersebut melalui buku maupun internet. Sedikit curhat, saya dulu sebelum kuliah sangat penasaran dengan asal muasal bahasa. Bagaimana suatu kaum bisa berbahasa demikian, dan bangsa itu berbahasa begitu. Saya tanya deh ke dosen waktu di kelas, ternyata itu semua adalah karena kesapakatan, saudara-saudara! Saya pikir saya tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang tepat, karena siapa sih yang tau bagaimana suatu bahasa di bentuk, ya 'kan? Ternyata eh ternyata, jawabannya ada. Dan saya puas dengan jawaban tersebut!

Well, ini dia status ketiganya:
BTW, Wikipedia itu luar biasa! Guess whattt?? Saya iseng baca-baca dan saya menemukan hal luar biasa. Yah, biasanya yang menurut saya menarik, tidak menarik untuk orang lain sih hahaha, jadi hal luar biasanya adalah ini:
1. Ada dua terito
ri di wilayah Asia Tenggara, yaitu Christmas Island dan Cocos (Keeling) Islands, yang selama ini tidak pernah terjamah dunia kebahasamelayuan ternyata menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa di daerahnya (selain bahasa Inggris, karena mereka masuk wilayah Australia).
2. Ternyata di sana mereka juga ada yang beragama Muslim. Apalagi di Cocos Islands yang hampir 80% Muslim.
3. Di Cocos Islands itu malah lebih banyak digunakan bahasa Melayu untuk istilah-istilah di daerahnya.
Wow kan? Hahaha.

ini nih sumbernya:
http://en.wikipedia.org/wiki/Southeast_Asia


Status yang ketiga ini benar-benar membuat saya tercengang lho! Udah gitu aja :D

20 Agu 2014

Benarkah Membunuh Halal?

Beberapa saat yang lalu saya membaca sebuah tulisan di kompasiana, kalau tidak salah judulnya adalah “Muslim vs Yahudi, Kita Kehilangan Akal Sehat?”. Di dalam tulisan tersebut kurang lebih di bahas tentang pembunuhan masal yang terjadi di Syria dan Gaza. Intinya, ada ketimpangan antara pemberitaan dan reaksi masyarakat Indonesia terhadap apa yang terjadi di Gaza dan Syria tersebut. Sama-sama ada peperangan, sama-sama ada pembantaian masal, akan tetapi kejadian yang di Syria tak mendapat sorotan dan seakan bukan masalah bagi masyarakat Indonesia, sedangkan di Gaza, langsung mendapatkan feedback luar biasa di masyarakat Indonesia. Dalam tulisan tersebut, sang penulis juga bertanya, “Apakah gambar tersebut benar?”. Sekedar info, sang penulis menulis tulisan tersebut berdasar sebuah meme yang mengatakan bahwa 170.000 Muslim dibantai oleh Muslim tidak ada yang bergolak, tetapi 100 Muslim Gaza dibantai Yahudi bergolak. Penulis juga mengatakan di dalam artikelnya, “Apakah jika Muslim kepada Muslim lainnya saling bunuh adalah ‘halal’ sedangkan jika Muslim dibunuh agama lainnya ‘haram’?
Baik, sekarang saya menjawab pertanyaan dari penulis tulisan tersebut. Gambar tersebut benar. Ya, memang benar, di Syria telah terjadi peperangan saudara yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun dan menewaskan banyak warga bahkan lebih dari 170.000 orang. Bagi Anda yang belum tahu, peperangan di Syria tersebut terjadi karena ada permusuhan antara dua golongan Islam terbesar di dunia yaitu Sunni dan Syiah. Jika Anda masih bertanya-tanya mengapa antar dua golongan Muslim saling berperang? Jika saya menjelaskan akan sangat panjang. Jadi, sudah saatnya Anda mendalami lebih dalam lagi sejarah munculnya Syiah dan Sunni dalam ajaran Islam. Memang, di dalam Alquran pun sudah diramalkan akan kemunculan golongan-golongan di dalam Islam. Errr.... saya tidak akan menjelaskan perbedaan antara Syiah dan Sunni di sini, karena isu ini sangat sensitif dan bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Ada baiknya Anda mencari tahu sendiri.
Inti tulisan saya adalah di dalam Islam tak pernah diajarkan untuk membunuh, baik membunuh kaum seagamanya maupun membunuh kaum lain agama. Di dalam Alquran sendiri telah dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 125 bahwa jika berdebat dengan musuh haruslah menggunakan bahasa yang baik dan harus ada hikmahnya, bukan malah menjelek-jelekkan. Alquran juga mengajarkan untuk membalas ‘serangan’ musuh dengan balasan yang setimpal dan adil: bukan lebih.
TAK PERNAH ADA SATU AYATPUN DALAM ALQURAN YANG MENYURUH UNTUK MEMBUNUH. Memang, benar ada di dalam Alquran yang mengatakan bahwa membunuh orang kafir adalah halal. Akan tetapi, kita tidak bisa mengambil satu ayat itu secara terpisah dan dikutip secara serampangan. Orang kafir yang dimaksudkan adalah orang kafir yang jelas-jelas telah menyerang dan menghancurkan orang Islam. Jika orang itu berteman karib dengan kita dan tak pernah berniat merusak kita, mengapa harus diperangi? Itu sangat tidak manusiawi. Bahkan pada masa kekhalifahan Abbasiyah di masa lampau, Raja juga memperkerjakan orang-orang non-Muslim kok. Sekali lagi, kita tidak bisa mengambil ayat itu secara sembarangan, karena masih ada ayat lain yang sudah saya jelaskan pada paragraf sebelumnya. Membunuh adalah langkah terakhir jika pendekatan untuk berbicara baik-baik dengan cara apapun sudah tidak mempan lagi.

Wallahu A’lam

Terkenang Simbah

Tak pernah kusangka, hari raya menjadi sebuah hari yang sangat berbeda tanpa kehadiran mereka berdua: kakek dan nenekku.
Awal tahun ini, di masa liburan semester perkuliahanku, secara tiba-tiba keluarga kecil kami mendapatkan telepon dari kerabat yang rumahnya berdampingan dengan kakek. Katanya, kakek jatuh dan tak sadarkan diri. Keluarga kecil kami panik takut ada apa-apa dengan kakek. Ibu dan Bapak yang waktu itu tengah bersiap-siap untuk sebuah acara, langsung membatalkan acara itu dan bergegas menuju rumah sakit. Di rumah sakit, dokter mengatakan kakekku mengalami stroke. Entah stroke itu akibat dari jatuhnya, ataukah sebab dari jatuhnya. Kakekku koma, tak membuka mata sama sekali. Yang kutahu bahwa di masih ada adalah nafasnya yang memburu dengan bantuan alat pernafasan serta sebuah alat pendeteksi detak jantung (aku tidak tahu namanya) yang masih berbunyi “tut tut tut”. Tiga hari kakekku di rumah sakit, aku pergi mengunjunginya. Hanya berselang beberapa menit setelah kedatanganku, nafas kakek tersengal dan alat pendeteksi detak jantung berbunyi “tut” panjang. Tak ada diagram yang seperti gunung lagi, semuanya seperti dataran: lurus. Beberapa detik kemudian, dokter dan perawat-perawat berlarian menuju ruang kakek dan memberi alat kejut. Satu, dua, tiga. Satu, dua, tiga. Begitu mereka menghitung. Aku pun tak pernah menyangka, saat itu aku berada tepat di depan Izrail yang sedang mengambil nyawa kakekku.
Pertengahan tahun ini, tepat pada hari terakhir Ujian Akhir Semester (UAS), Bapakku telepon. Katanya, nenek pingsan dan tak sadarkan diri: persis dengan kejadian kakekku. Bapak memintaku pulang segera setelah selesai UAS. Dia tak mengatakan apa-apa, hanya menyuruhku pulang. Tapi aku tahu, dia khawatir nenek mengalami hal yang sama dengan kakek. Sama halnya dengan aku. UAS-ku hari itu berlangsung satu hari penuh, maka aku langsung pulang keesokan harinya dengan meninggalkan kamarku yang masih berantakan akibat kehebohan tugas-tugasku di masa Minggu UAS. Apalagi alasannya jika bukan karena telepon itu. Beberapa minggu setelah nenek di rawat di rumah sakit, nenek boleh pulang. Nenek terdiagnosis stroke, mengalami koma, dan tetap tak sadarkan diri. Maka, dokter mengatakan jika nenekku lebih lama di rumah sakit, dia justru akan terserang banyak penyakit. Keluarga kami pun membawanya pulang dan dirawat di rumah. Hari ke hari, kesadaran nenek mulai membaik: membuka mata, menggerak-gerakkan tangan dan mendapatkan asupan makanan. Tidak lagi menggunakan infus seperti ketika masih di rumah sakit. Keluarga kami secara berganti-ganti mendampingi nenek. Pakdhe, budhe, paklek, bulek, cucu-cucunya, semuanya urun tangan merawat nenek. Satu bulan semenjak pingsannya, nenek tak menunjukkan perkembangan lebih lanjut selain membuka mata dan menggerakkan tangan. Itupun hanya beberapa menit, tidak lebih. Hari itu, hari ke dua puluh lima, setelah Shubuh bapakku mengunjungi nenek yang dirawat di rumah bulek. Tidak lama dia pulang, mengganti baju dan berangkat lagi. Berselang beberapa menit, ibuku mendapat telepon dari bapak. Ia pun bergegas menuju rumah bulek: nenek telah tiada.
Di tahun yang sama, tahun ini, aku tidak memiliki simbah sama sekali. Lebaran menjadi amat sangat sepi: sepi dalam makna yang sebenarnya karena tidak ada lagi yang menjadi tujuan ‘pulang’. Di tahun lalu, lebaranku masih ‘nyenyak’ bersama mereka. Masih juga mendapatkan THR dari mereka. Haha. Tahun ini, sangat lain. Tak ada lagi suara ramah mereka ketika menjamu tamu dan tak ada lagi THR untukku. Baiklah, kalimat terakhir hanya gurauan saja.
Semoga Allah merahmati mereka berdua dan memasukkannya menjadi golongan orang-orang beriman.


21 Jun 2014

Mengaca Sejarah Pers Masa Lalu


Tempo, DeTik, dan Editor adalah bukti nyata betapa kepemerintahan Soeharto otoriter dan diktator. Tepat 20 tahun yang lalu, tiga majalah yang dianggap menentang rezim tersebut dibredel, pemimpin redaksinya dipaksa mundur, wartawannya dipecat secara paksa (bahkan menjadi buron). Karya-karya jurnalistik yang "berbeda", haram hukumnya. Bukan hanya karya jurnalistik sebenarnya, bahkan karya-karya sastra seperti puisi dan novelpun ikut diawasi. Lihat saja bagaimana Widji Tukul yang hingga kini tak diketahui rimbanya hanya karena menulis sebuah puisi hanya dengan satu kata, "Lawan!".

Usia saya yang tak jauh beda dengan usia "ulang tahun" pembredelan majalah-majalah itu, hingga kini tak tahu-menahu bagaimana sesungguhnya situasi kala itu. Mencari tahu pun, tak. Memang kejadian kala itu terkesan remeh dan wajar bagi saya dan kawan-kawan seumuran. Seperti halnya saat kami membaca buku sejarah di kelas sejarah. Hanya hafalan, seperti biasa. Seperti ketika menghafal bagaimana VOC datang ke Nusantara. Tidak ada rasa. Tak disangka, tahun-tahun itu memang benar-benar kejam dan "kurang ajar".

Barangkali, jika saya hidup di zaman itu dan menulis seperti ini, saya sudah buron sekarang, haha. Tak ada kebebasan pers. Tak ada kebebasan menyuarakan suara rakyat.

Saat ini, setelah dua puluh tahun menjelang, pers telah menjelma sebagai sosok yang baru. Tak lagi terikat seperti dulu, tapi buas seperti macan tanpa kandang, bahkan menjadi raja dari raja.

Malang, 21 Juni 2014
ALR

18 Jun 2014

Aku Belum Memikirkan Judul untuk Ini

Entahlah. Saya sudah lelah mendengar berita-berita PEMILU yang bersifat indoktrinasi dari media massa akhir-akhir ini. Kalau Kau tahu, berita-berita yang ada benar-benar menjijikkan. Hingga saya benar-benar ingin PEMILU segera usai dan pertikaian antar saudara ini pun segera selesai.

Sejak awal saya antusias terhadap pemilu 2014 karena ini adalah pemilu yang benar-benar pertama dalam hidup saya. Masalahnya, pemilu yang saya harapkan menyenangkan justru berlangsung sangat menyakitkan. 

Bayangkan saja jika sesama saudara sebangsa-setanah-air akhirnya bertengkar hanya karena urusan "memilih". Bukankah itu konyol sekali?

Hei, belum tentu "calon" pemilik kursi nomor satu itu benar-benar sesuai anggapanmu. Tak usahlah mengejek pilihan orang lain. Ibaratnya, kau dan temanmu bersama-sama dalam toko buah. Masing-masing dari kamu memilih buah jeruk. Satu buah jeruk jenis ini dan satu buah jeruk jenis itu. Tak perlu lah kamu mengejek pilihan temanmu, tak perlu juga kamu mengejek pilihan temanmu. Terlebih, kamu tak perlu mengejek jeruk itu sendiri.

Tidakkah kamu ingat pelajaran saat SD dulu tentang tenggang rasa? Ah ya, barangkali dulu kau tak anggap pelajaran PPKN penting. Barangkali dulu Kau sekolah hanya untuk mengejar "angka" bukan "nilai" dari belajar yang sesungguhnya.

Hei, agamamu tidak mengajari tentang menghormati saudara kah? Haha, aku tahu, semua agama mengajarkan hal itu. Tentang menghormati saudara. Barangkali Kau juga tak pernah anggap pelajaran dari agama penting, karena kau menganggap belajar agama tak akan beroleh apa-apa.

Aku benar-benar lelah, Kawan, Saudara, Kakak, Bapak, Ibu, dan Tuan-tuan pejabat sekalian. Bisakah kita damai dan tenteram?

Malang, 18 Juni 2014
ALR

18 Mar 2014

#reshare #ordinary #remembrance #klise



 Sebagian dari Anda mungkin adalah seorang yang berkeinginan untuk menjadi penulis. Ya, berkeinginan dalam artian yang sangat luas. Bagi Anda yang masih pelajar, anda berkeinginan untuk menjadi penulis untuk menulis tugas Bahasa Indonesia Anda. Bagi Anda yang sekarang adalah mahasiswa, saya tahu sekali bahwa sekian persen dari tugas Anda adalah kemampuan menulis. bukan hanya cerita pendek, tetapi juga laporan observasi, laporan perjalanan, portofolio, dan sebagainya. Kini menulis sudah menjadi makanan sehari-hari.


Saya yakin, sebagian besar dari Anda pernah melontarkan pernyataan “saya tidak bakat menulis” atau “saya tidak punya kemampuan untuk menulis”, benar?. Sebenarnya menulis bukanlah suatu momok yang harus ditakuti. Semua orang bisa menulis, tanpa harus memiliki kemampuan atau tidak. Lagipula, kemampuan menulis bukanlah sebuah kemampuan yang akan langsung muncul ketika Anda lahir. Kemampuan menulis bisa berkembang ketika Anda banyak membaca dan menulis. Jika dari awal anda sudah menyatakan pernyataan Anda tidak mampu menulis, maka itulah Anda. Maka selamanya Anda juga tidak akan menulis-menulis.



Mulai dari sekarang, stop pernyataan bahwa Anda tidak mampu untuk menulis. Semua orang pasti memiliki kemampuannya masing-masing namun itu tidak dapat menghentikan Anda untuk tidak mau menulis. Anda ingin mengembangkan kemampuan menulis? Bacalah banyak buku. Dengan membaca banyak buku, anda akan mempunyai daya pikir yang luas sehingga Anda dapat mengembangkan pikiran anda seluas-luasnya. Dengan begitu, Anda tidak akan pernah kehabisan ide untuk menulis.


Satu lagi yang penting, jika Anda berkeinginan untuk menjadi penulis, milikilah kemauan untuk menulis. Dengan memiliki kemauan, Anda akan menghasilkan tulisan yang bahkan hanya muncul di dalam alam imajinasi Anda. Orang tidak akan tahu apa yang sedang Anda pikirkan jika Anda memendamnya sendiri dan tidak mengutarakannya. Kemauan akan mendorong diri Anda sendiri untuk mau berusaha lebih keras agar dapat menghasilkan tulisan.



Selamat menulis. Adik-adikku SMP dan SMA, bacalah, dan menulislah. Kawan-kawanku mahasiswa, angkat penamu!





27 Feb 2014

Apa Itu Morfofonemik?


Morfofonemik merupakan sebuah kajian yang saling berhubungan dengan proses morfologis. Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Pada proses penggabungan morfem itu akan terjadi perubahan bunyi (fon). Misalnya pada morfem {meN-} bertemu dengan morfem lamar akan terjadi perubahan bunyi, yaitu bunyi /N/ pada morfem {meN-} akan hilang. Dan selanjutnya, perubahan bunyi macam ini akan kita sebut dengan MORFOFONEMIK.
Singkatnya, morfofonemik adalah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain (Sumadi, 2010:140)
Dalam perubahan fonem itu, terjadi tiga proses, yaitu:
1.      Proses perubahan fonem
Pada saat menggabungkan dua morfem yang satu dengan morfem yang lain akan terjadi perubahan bunyi, dalam arti yang sebenarnya. Contoh perubahan tersebut dapat diketahui akibat bergabungnya morfem {meN-} dengan bentuk dasarnya. Terjadi perubahan fonem /N/ pada morfem {meN-} tersebut menjadi fonem /n/, /m/, /ñ/, /h/. Contoh perubahan fonem bisa dilihat dibawah ini:
A. Morfem {meN-} bertemu dengan fonem /p, b, f/
·         {meN-} + pukul          à memukul
·         {meN-} + baca            à membaca
·         {meN-} + fitnah         à memfitnah
Dapat dilihat pada contoh tersebut fonem /p, b, f/ akan luluh dan berubah menjadi fonem /m/ ketika bertemu dengan morfem {meN-}. Perubahan yang sama juga terjadi jika fonem /p, b, f/ bertemu dengan morfem {peN-} dan {meN-kan}.
B. Morfem {meN-} bertemu dengan fonem /t,d,s/
·         {meN-} + tanam             à menanam
·         {meN-} + dapat              à mendapat
·         {meN-kan} + sukseskan à mensukseskan
Dapat dilihat pada contoh tersebut fonem /t,d,s/ akan luluh dan berubah menjadi fonem /N/ ketika bertemu dengan morfem {meN-}. Perubahan yang sama juga terjadi jika fonem /t, d, s/ bertemu dengan morfem {peN-}, dan {meN-kan}.
C. Morfem {meN-} bertemu dengan fonem /s, š (sy), c, j/
·         {meN-} + sapu              à menyapu
·         {meN-kan} + syarat      à mensyaratkan
·         {meN} +cari                 à mencari
·         {meN-} + jadi               àmenjadi
Dapat dilihat pada contoh tersebut fonem /s, š (sy), c, j/ akan luluh dan berubah menjadi fonem /ñ/ ketika bertemu dengan morfem {meN-}. Perubahan yang sama juga terjadi jika fonem  /s, š (sy), c, j/  bertemu dengan morfem {peN-}, {meN-i} dan {meN-kan}.
D. Morfem {meN-} bertemu dengan fonem /k, g, x (kh), h/
·         {meN-} + karang        à mengarang
·         {meN} + garis             àmenggaris
·         {meN-kan} + khusus  à mengkhususkan
·         {meN-} + harap          àmengharap
Dapat dilihat pada contoh tersebut fonem /k, g, x (kh), h/ akan luluh dan berubah menjadi fonem /h/ ketika bertemu dengan morfem {meN-}. Perubahan yang sama juga terjadi jika fonem  /k, g, x (kh), h/ bertemu dengan morfem {peN-}, {meN-i} dan {meN-kan}.

2.      Proses penambahan fonem
Dalam proses penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain juga dimungkinkan terjadi proses penambahan fonem. Contoh penambahan bisa dilihat pada contoh berikut:
·       Ke-an + raja    à [kәraja?an]
·       Ke-an + ibu     à [kәibuwan]
·       Ke-an + lestari à [kelestariyan]
·       meN- + cat      à [mәhәcat]
·       meN- +bom     à [mәhәbom]
Berdasarkan contoh-contoh diatas, dapat diketahui bahwa akibat penambahan morfem dengan bentuk dasarnya terjad penambahan fonem. Lebih lanjutnya, penambahan fonem dapat dibagi menjadi dua:
A.    Akibat bertemunya morfem dengan bentuk dasar yang berakhiran huruf vokal. Fonem tambahan yang timbul /?, w, dan y/.
-          Fonem /?/ muncul jika morfem tambahan bertemu dengan bentuk dasar berakhir fonem vokal /a/
-          Fonem /w/ muncul jika morfem tambahan bertemu dengan bentuk dasar berakhir fonem vokal /u, o, aw/
-          Fonem /y/ muncul jika morfem tambahan bertemu dengan bentuk dasar berakhir fonem vokal /i, ay/
B.     Akibat bertemunya morfem dengan bentuk dasar yang hanya terdiri dari satu suku kata. Fonem tambahan yang timbul adalah /ә/.

3.      Proses penghilangan morfem
Dalam proses penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain dalam proses pembentukan kata juga dimungkinkan terjadi penghilangan morfem.
A. Hilangnya fonem /N/ pada morfem {meN-}, {meN-kan} dan {meN-i} apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawalan dengan  fonem /l/, /r/, /m/, /n/ dan /w/.
       Contoh:
·         {meN-} + lebar    à melebar
·         {meN-kan} + lupaà melupakan
·         {meN-} + rusak   à merusak
·         {meN-} + merah  à memerah
·         {meN-} + nikah   à menikah
·         {meN-i} + waris  à mewarisi
·         Dst.
B. Hilangnya fonem /N/ pada morfem {peN-} dan morfem {peN-an} apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawalan fonem /l/, /r/, /m/, dan /w/.
Contoh:
·         peN-  + lamar            à pelamar
·         peN-an + rantau        à perantauan
·         dst.
C. Hilangnya fonem /r/ pada morfem {ber-}, {ber-an}, {per-}, {per-an} dan {memper-kan} apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawalan fonem /r/ atau suku kata pertama bentuk dasarnya bervokal lemah {әr}.
Contoh:
·         per-an + kerja     à pekerjaan
·         ber- + renang      à berenang
·         per- + rasa          à perasa
·         dst.