Saya pikir banyak anak
jaman sekarang yang sudah tidak mengetahui permainan-permainan jaman saya masih
kecil dahulu. Bukan kecil dalam artian badan masih kecil lho. Maksud saya,
ketika umur saya masih dini.
Banyak permainan
sederhana yang tidak membutuhkan biaya mahal yang bisa saya gunakan untuk
bersenang-senang sekaligus berimajinasia. Bersama tetangga-tetangga kecil saya,
saya biasa menemukan dunia saya yang sangat ‘anak-anak’.
Hal-hal seperti itu
sudah jarang saya temui lagi di dunia anak-anak jaman sekrang. Bahkan saya
merasa kalau anak-anak sekarang sudah tidak bisa berimajinasi lagi. Suatu kali,
saya mengajarkan sebuah permainan masa kecil saya yang sangat saya senangi kala
itu. Saya menyebutnya permainan rumah-rumahan. Saya yakin, teman-teman seusia saya
pasti tahu permainan itu. Saya dan teman-teman acapkali berpura-pura bahw yang
kami lakukan adalah yang sungguhan.
Pada jaman saya dulu,
saya dan teman-teman sering mengambil sendok dan perkakas ibu untuk kami
gunakan di luar. Kami membuat masakan yang sering kami temui.misalnya mie. Kami
juga membuat mie, bukan dengan tepung tetapi dengan daun yan diiring
tipis-tipis hingga menyerupai mie yang memanjang. Kami juga bisa membuat minya
sendiri. Dengan daun yang biasa kami sebut dengan daun waru kami bisa membuat
minyak yang kental. Kami juga bisa memarut kelapa dengan menggunakan batu bata
sisa dari bangunan rumah tetangga lalu kami perut dengan alat memarut dari
genting. Banyak hal bisa kami lakukan hanya dengan barang yang biasa kita temui
sehari-hari, dengan imajinasi, kita bisa menganggap bahwa itu adalah dunia
nyata.
Jaman berbeda saya temui
di usia adik saya, dia tidak bisa berimajinasi. Dia sudah menggunakan akal
logisnya untuk berpikir. Ketika saya mengatakan bahwa mie dari daun itu adalah
‘mie’ dia mengatakan bahwa itu adalah daun. Tidak lagi mengatakan bahwa tu
adalah mie. Banyak hal yang saya pikir itu adalah hal yang sangat menarik bagi
saya dulu saya sampaikan ke adik saya tetapi dia mengatakan hal yang
logis-logis saja. Saya pikir itu adalah sesuatu yang tidak bagus.
Anak-anak harusnya
banyak berimajinasi untuk mengembangkan kemmapuan otak kanannya. Ini adalah
akibat dari berkembangnya dunia anak-anak yang serba instan dengan
permainan-permainan yang juga instan. Anak-anak maunya hanya bermain mainan
yang tinggal beli saja. Inillah yang saya pikir membuat anak-anak susah untuk
berimajinasi.
Padahal
permainan-permainan tradisional bagus untuk perkembangan sosial anak. Tak
heran, anak jaman sekrang banyak yang indivisualis dan tidak bisa bersosialisasi
dengan orang lain lagi.
Suatu hari saya
melaksanakan perjalanan antar kota yang mengharuskan saya menggunakan angkutan
bus. Pemandangan yang sangat tidak mengenakkan saya temui di dalam bus. Entah
anda sebagi pembaca setuju atau tidak bahwa ini adalah pemandangan tidak baik.
Ada dua orang pemuda yang saya kira masih SMA duduk di kursi penumpang
berdampingan. Semua kursi sudah penuh sehingga mengharuskan saya untuk berdiri.
Saya tidak masalah, karena bagi saya saya sudah kalah karena tidak ikut berlari
untuk mendapatkan tempat duduk tadi. Masalahnya, bukan hanya saya saja yang
berdiri, ada ibu-ibu yang baru masuk ke bus juga berdiri. Dia terlihat tidak
kuat untuk berada di dalam bus. Saya
pikir seharusnya dua pemuda tadi harusnya mau berdiri dan menggnatikan ibu yang
berdiri. Itu berasal dari falsafah kita bahwa kita harus manyayangi yang muda
dan menghormati yang tua. Seharusnya pemuda ini mau menghormati ibu-ibu yang
lemah ini untuk berdiri. Dan ini membuktikan bahwa anak jaman sekrang sudah
tidak peduli oran lain lagi. Mereka hanya peduli kepada diri mereka sendiri
saja.