[SPOILER ALERT]
Okay, berikut ini adalah sinopsis dari Si Jamin dan Si Joan yang saya tulis ketika masih semester 1. Bagi kalian yang ingin membaca novelnya secara langsung, ada baiknya tidak membaca sinopsis ini :D
Judul naskah : Si Jamin dan Si
Johan
Pengarang : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : 2003 (cetakan
kedua puluh)
Cetakan pertama tahun 1920
Tersebutlah di suatu daerah benama Taman Sari,
tepatnya di tepi Prinsenlaan (sekarang Jln. Mangga Besar) ada sebuah rumah yang
terbuat dari papan dan beratap genting. Rumah itu sangat kumuh dan kotor.
Suatu hari saat hari menjelang sore, dimana banyak orang
yang menghabiskan waktunya untuk bersantai dan bersenang-senang. Tiba-tiba
muncul seorang perempuan yang mukanya hendak marah saja. Lalu disuruhnya masuk
seorang anak kecil yang langsung tergopoh-gopoh masuk ruang dibuatnya. Ternyata
perempuan itu hendak meminta uang kepada si Anak.
Si anak langsung memberikan uangnya untuk perempuan
itu, namun dia masih marah saja, karena dia merasa uang yang diberikan
kepadanya mash kurang dari yang dia inginkan. Dia mengguncang-guncangkan tubuh
si anak dengan kejam untuk meinta uang lebih. Si anak pun menangis dan berkata
bahwa hanya uang itula yang dia punya. Dia tadi mendapat tiga puluh lima sen
namun enam sen dibelikannya nasi sehingga sisanya yang dua puluh lima sen
diberikannya kepada perempuan itu.
Perempuan itu pun tersenyum dan berkata, bahwa dia
harus membiasakan untuk membeli nasi dengan harga hanya enam sen. Sebenarnya
itu hanyalah ironi, karena dia melarang si anak untuk membeli makan sebelum
pulang kerumah terlebih dahulu. Setelah itu dia pergi keluar sambil
mengacungkan tongkatnya untuk menyuruh sia anak diam.
Setelah perempuan itu keluar, Si anak masih memastikan
apakah ia masih didalam atau tiak. Setelah yakin perempuan itu keluar, Si anak
yang bernama Jamin dan usianya Sembilan tahun itu pergi menuju adiknya. Dan
bertanya apakah dia sudah tidur? Ternyata belum tidur.
Adiknya mengeluh tidak bisa tidur karena dia belum
makan semenjak pagi dan kerjanya hanya dimarahi serta dipukuli oleh perempuan
itu. Akhirnya, Jamin memberikan bungkusan nasi yang dibawanya kepada Johan,
adiknya yang berusia tujuh tahun.
Rupa mereka dua sangatlah mengenaskan, dengan baju
compang-camping, mata sayu dan cekung, serta badan yang kurus. Mereka seperti
orang yang tidak dirawat dengan baik. Dan mereka memang tidak dipelihara dengan
baik. Selanjutnya mereka tidur berdua di dipan kayu yang hanya beralaskan tikar
usang dan berselimut kecil serta kotor.
Sebenarnya, perempuan tadi adalah ibu tiri mereka,
yang selalu menyuruh Jamin untuk mencari uang dengan mengemis. Uang yang
didapatnya untuk apa? Perempuan itu menggunakan uangnya ntuk mabuk-mabukan dan
membeli barang-barang haram semacam narkoba. Ibu tirinya itu sangat kejam,
karena jikalau Jamin kurang membawa uang, maka ia tidak boleh pulang.
Berbeda dengan ibunya dulu yang sangat sayang kepada
anaknya, serta selalu mengurus rumah menjadi indah. Setiap malam sebelum tidur,
ibu kandungnya selalu meberikan cerita untuk mereka berdua. Dan selalu
mengingatkan anak-anaknya untuk dekat dengan Tuhan.
Inem adalah nama ibu tiri mereka. Setiap hari
pekerjaanya hanya untuk membeli narkoba dan menikmatinya dirumah.
Bapak mereka namanya Bertes. Adalah seorang yang suka
dengan mabuk-mabukan. Setiap hari pekerjaanya hanyalah untuk mabuk-mabukan dan
juga marah kepada anak-anaknya. Sebelumnya, Bertes adalah ayah yang sangat baik
dan sayang kepada anak-anaknya tidak seperti sekarang. Dia sangat baik
perangainya.
Dia adalah orang Ambon yang lahir di Saparua. Dari
kecil dia mendengar bahwa orang yang menjadi serdadu akan puny pengkat dan gaji
bagus. Akhirnya, dia ikut untuk peperangan dan memberi bantuan untuk Aceh yang
kala itu sedang berperang melawan kompeni Belanda. Saat itu Teuku Umar Tewas.
Dan Bertes sendiri, menderita luka parah dan dibawa ke Rumah Sakit. Ini adalah
permulaan Bertes yang menginggalkan daerah asalnya.
Karena mengingat perjuanganya di medan perang, Bertes
diangkat menjadi sersan. Namun apalah artinya jabatan, jika di sendiri
mendapatkan luka yang teramat parah? Akhirnya dia ingat dengak kedua orang
tuanya yang sebenarnya tidak setuju dengannya yang berjuang di medan perang.
Namun dibantahnya kedua orangtuanya itu. Dia ingin pulang. Namun sebelum
pulang, dia bermimpi aneh. Mimpi itu berkata bahwa Bertes sudah terlembat. Dia
tidak tahu maksudnya. Namun, mimpi itu terbukti keesokan harinya saat dia akan
berangkat menuju orangtuanya. Ternyata, orangtuanya telah meninggal.
Bertes sebelumnya berkeinginan untuk membahagiakan
istrinya dan ibunya. Karena, dia sudah mendapatkan gaji yang bagus. Namun,
ibunya sudah meninggal. Kini dia mencari sorang istri. Dan, kina, anak sersan
tua sekampugnya itulah yang diambilnya menjadi istri. Dia adalah gadis yang
mulia dan baik pekertinya.
Setelah lima tahun, mereka mendapatkan dua orang anak
laki-laki yang bernama Jamin dan Johan. Jadilah mereka keluarga utuh yang
gembira.
Namun, musibah juga tidak dapat dihindarkan, Bertes
yang berkawan dengan orang-orang Kutaraja akhirnya terpengaruh untukm suka
minum-minuman keras. Dia pun menjadi pemabuk dan itu yang membuatnya tidak
sayang anak istri lagi. Sekian lama kemudian, Bertes kian jauh dari perangainya
yang baik dan dia sering sakit-sakitan serta badannya kurus. Karena itulah dia
dibawa ke Jakarta untuk pengobatan.
Tidak tambah baik perangai Bertes kian tambah buruk
saja. Dan ini semua menyebabkan Mina jatuh sakit dan akhirnya meninggal.
Meninggalkan dua anak laki-lakinya serta suami pemabuk.
Namun, kesialan tidak berhenti begitu saja untuk
keluarga ini, Sepeninggal Mina, dia justru mencari istri yang seorang pecandu
bernama Inem. Akhirnya, sengsara pun menimpa dua kakak beradik itu.
Suaru hari inem menyuruh Jamin untuk mengemis lima
puluh sen. Dan jika Jamin tidak mendapat uang lima puluh sen itu, dia tidak
boleh pulang kerumah.
Akhirnya, jamin pun mendapatkan uang tiga puluh lima
sen. Tetapi dia tetap takut untuk pulang karena uangnya belum lengkap. Karena
takutnya, dia akhirnya tidur didepan toko walaupun diterjang hujan dan angin.
Keesokan harinya, Kongsui, sang pemilik toko itu menemukan Jamin dalam keadaan
sakit dan demam. Diapun membawa Jamin masuk kedalam rumahnya. Dia sangat iba
melihat keadaan Jamin karena bajunya sangat lusuh.
Kongsui menyuruh istrinya untuk membantunya mengurus
Jamin. Tak lama kemudian, Jamin sadar dari pingsannya. Nyonya Fi sangat saying
kepada Jamin karena Jamin mirip dengan anaknya yang memang sudah meninggal.
Sehingga Jamin diberi baju milik anaknya yang sudah meninggal itu. Tak hanya
itu, Jamin juga diberi makan yang sangat banyak. Bahkan dia boleh membawakan
makan untuk adiknya juga.
Setelah kenyang dan berganti baju Kongsui memberikan
uang lima puluh sen untuk Jamin setelah mendengar cerita Jamin terlebih dahulu.
Jamin pun pulang kerumahnya.
Dirumah, Inem, ibu tirinya sangat kaget melihat Jamin yang
memakai baju bagus. Timbulah hasrat dalam dirinya untuk menjual baju yang bagus
itu. Padahal uang lima puluh sen itu sudah diberikan Jamin untuk Inem. Namun
Inem yang dasarnya sudah mata duitan selalu mencari celah lebih untuk
mendapatkan uang. Sehingga baju yang dipakai oleh Jamin itu diminta dengan
paksa oleh Inem. Akan tetapi pada saat Inem akan mencopot celananya, Jamin
menolak dengan cara memasukkan tangan ke kantong. Pada saat itulah dia
menemjukan cincin didalam kantongnya. Cincin itu milik anak Nyonya Fi yang
sudah meninggal.
Setelah terbebas dari paksaan Inem, Jamin menemui adiknya
untuk memberikan makanan dari nyonya Fi. Pada saat itu Jamin menunjukkan cincin
itu pada Johan. Dan mengatakan akan mengembalikan cincin itu untuk Nyonya Fi.
Pada saat yang lain, Kongsui telah dipengaruhi oleh
pelanggan obatnya untuk menghindari Jamin. Karena dia sudah pengalaman dengan
pengemis yang pura-pura miskin padahal dia adalah pencuri. Kongsui tidak
percaya. Tetapi setelah lama kemudian dia jadi percaya kepada pelanggannya itu.
Kembali lagi ke Jamin, cincin yang dipegang Jamin
tiba-tiba direbut oleh Inem dari belakang dan dia berkata akan menjualnya.
Jamin mengelak. Tetapi dia tetap kalah dari Inem.
Keesokan harinya, Jamin memakai baju lusuhnya kembali
dan kembali meminta-minta. Kongsui melihatnya. Karena itulah dia tambah yakin
bahwa Jamin bukanlah anak yang baik-baik.
Johan berlari menuju Jamin dan berkata bahwa dia sudah
mendapatkan cincin ketika cincin itu ditinggalkan di kotak di atas lemari oleh
Inem akhirnya Jamin pun mengambilnya dan sekarang diberikan kepada jamin. Jamin
sangat senang sehingga dia berlari mengajak Johan untuk menemui Nyonya Fi untuk
mengembalikan cincin itu.
Naas. Saat itu Jamin hendak menyelamatkan Johan yang
hendak ditabrak oleh kendaraan. Hingga akhirnya, Jamin terluka parah dan
meninggal dunia. Johan yang ketakutan justru berlari menuju rumah Nyonya Fi
yang sudah ditunjukkan oleh Jamin untuk mengembalikan cincin.
Johan bercerita bahwa kakaknya telah meninggal ketika
hendak mengembalikan cincin itu. Saat itu Kongsui menguping pembicaraan itu.
Dan merasa bersalah kepada Jamin. Dan mereka pun akhirnya mengangkat Jamin
menjadi anak.
Kisah akhirnya, Inem ditemukan meninggal mengapung
disungai akibat lemas. Dan si Bertes diketahui terlibat dalam sebuah pembunuhan
karena sehabis tawuran. Akan tetapi setelah tiga bulan, dia sudah bebas karena
tidak bersalah. Sejak saat itu dia semakin sedih dan tobat dan meminta maaf
kepada Jamin dan Mina, istrinya. Jamin dan Mina kuburannya berdampingan.
Dan Johan telah disekolahkan tinggi-tinggi oleh
Kongsui.
Bagaimana? :D kalau saya cukup puas dengan akhir dari novel ini. Adakalanya sebuah cerita tidak berakhir dengan bahagia sepenuhnya kan?
0 komentar:
Posting Komentar
Minta komentarnya dong, Kak! :)