25 Okt 2013

Menengok Anak-anak Lintas Ruang dan Waktu

Saya pikir banyak anak jaman sekarang yang sudah tidak mengetahui permainan-permainan jaman saya masih kecil dahulu. Bukan kecil dalam artian badan masih kecil lho. Maksud saya, ketika umur saya masih dini.
Banyak permainan sederhana yang tidak membutuhkan biaya mahal yang bisa saya gunakan untuk bersenang-senang sekaligus berimajinasia. Bersama tetangga-tetangga kecil saya, saya biasa menemukan dunia saya yang sangat ‘anak-anak’.
Hal-hal seperti itu sudah jarang saya temui lagi di dunia anak-anak jaman sekrang. Bahkan saya merasa kalau anak-anak sekarang sudah tidak bisa berimajinasi lagi. Suatu kali, saya mengajarkan sebuah permainan masa kecil saya yang sangat saya senangi kala itu. Saya menyebutnya permainan rumah-rumahan. Saya yakin, teman-teman seusia saya pasti tahu permainan itu. Saya dan teman-teman acapkali berpura-pura bahw yang kami lakukan adalah yang sungguhan.
Pada jaman saya dulu, saya dan teman-teman sering mengambil sendok dan perkakas ibu untuk kami gunakan di luar. Kami membuat masakan yang sering kami temui.misalnya mie. Kami juga membuat mie, bukan dengan tepung tetapi dengan daun yan diiring tipis-tipis hingga menyerupai mie yang memanjang. Kami juga bisa membuat minya sendiri. Dengan daun yang biasa kami sebut dengan daun waru kami bisa membuat minyak yang kental. Kami juga bisa memarut kelapa dengan menggunakan batu bata sisa dari bangunan rumah tetangga lalu kami perut dengan alat memarut dari genting. Banyak hal bisa kami lakukan hanya dengan barang yang biasa kita temui sehari-hari, dengan imajinasi, kita bisa menganggap bahwa itu adalah dunia nyata.
Jaman berbeda saya temui di usia adik saya, dia tidak bisa berimajinasi. Dia sudah menggunakan akal logisnya untuk berpikir. Ketika saya mengatakan bahwa mie dari daun itu adalah ‘mie’ dia mengatakan bahwa itu adalah daun. Tidak lagi mengatakan bahwa tu adalah mie. Banyak hal yang saya pikir itu adalah hal yang sangat menarik bagi saya dulu saya sampaikan ke adik saya tetapi dia mengatakan hal yang logis-logis saja. Saya pikir itu adalah sesuatu yang tidak bagus.
Anak-anak harusnya banyak berimajinasi untuk mengembangkan kemmapuan otak kanannya. Ini adalah akibat dari berkembangnya dunia anak-anak yang serba instan dengan permainan-permainan yang juga instan. Anak-anak maunya hanya bermain mainan yang tinggal beli saja. Inillah yang saya pikir membuat anak-anak susah untuk berimajinasi.
Padahal permainan-permainan tradisional bagus untuk perkembangan sosial anak. Tak heran, anak jaman sekrang banyak yang indivisualis dan tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain lagi.
Suatu hari saya melaksanakan perjalanan antar kota yang mengharuskan saya menggunakan angkutan bus. Pemandangan yang sangat tidak mengenakkan saya temui di dalam bus. Entah anda sebagi pembaca setuju atau tidak bahwa ini adalah pemandangan tidak baik. Ada dua orang pemuda yang saya kira masih SMA duduk di kursi penumpang berdampingan. Semua kursi sudah penuh sehingga mengharuskan saya untuk berdiri. Saya tidak masalah, karena bagi saya saya sudah kalah karena tidak ikut berlari untuk mendapatkan tempat duduk tadi. Masalahnya, bukan hanya saya saja yang berdiri, ada ibu-ibu yang baru masuk ke bus juga berdiri. Dia terlihat tidak kuat  untuk berada di dalam bus. Saya pikir seharusnya dua pemuda tadi harusnya mau berdiri dan menggnatikan ibu yang berdiri. Itu berasal dari falsafah kita bahwa kita harus manyayangi yang muda dan menghormati yang tua. Seharusnya pemuda ini mau menghormati ibu-ibu yang lemah ini untuk berdiri. Dan ini membuktikan bahwa anak jaman sekrang sudah tidak peduli oran lain lagi. Mereka hanya peduli kepada diri mereka sendiri saja. 

0 komentar:

Posting Komentar

Minta komentarnya dong, Kak! :)