27 Feb 2014

Kisah Pilu Dua Anak Tiri


[SPOILER ALERT]
Okay, berikut ini adalah sinopsis dari Si Jamin dan Si Joan yang saya tulis ketika masih semester 1. Bagi kalian yang ingin membaca novelnya secara langsung, ada baiknya tidak membaca sinopsis ini :D

Judul naskah   : Si Jamin dan Si Johan
Pengarang       : Merari Siregar
Penerbit           : Balai Pustaka
Tahun terbit     : 2003 (cetakan kedua puluh)
                          Cetakan pertama tahun 1920

Tersebutlah di suatu daerah benama Taman Sari, tepatnya di tepi Prinsenlaan (sekarang Jln. Mangga Besar) ada sebuah rumah yang terbuat dari papan dan beratap genting. Rumah itu sangat kumuh dan kotor.
Suatu hari saat hari menjelang sore, dimana banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk bersantai dan bersenang-senang. Tiba-tiba muncul seorang perempuan yang mukanya hendak marah saja. Lalu disuruhnya masuk seorang anak kecil yang langsung tergopoh-gopoh masuk ruang dibuatnya. Ternyata perempuan itu hendak meminta uang kepada si Anak.
Si anak langsung memberikan uangnya untuk perempuan itu, namun dia masih marah saja, karena dia merasa uang yang diberikan kepadanya mash kurang dari yang dia inginkan. Dia mengguncang-guncangkan tubuh si anak dengan kejam untuk meinta uang lebih. Si anak pun menangis dan berkata bahwa hanya uang itula yang dia punya. Dia tadi mendapat tiga puluh lima sen namun enam sen dibelikannya nasi sehingga sisanya yang dua puluh lima sen diberikannya kepada perempuan itu.
Perempuan itu pun tersenyum dan berkata, bahwa dia harus membiasakan untuk membeli nasi dengan harga hanya enam sen. Sebenarnya itu hanyalah ironi, karena dia melarang si anak untuk membeli makan sebelum pulang kerumah terlebih dahulu. Setelah itu dia pergi keluar sambil mengacungkan tongkatnya untuk menyuruh sia anak diam.
Setelah perempuan itu keluar, Si anak masih memastikan apakah ia masih didalam atau tiak. Setelah yakin perempuan itu keluar, Si anak yang bernama Jamin dan usianya Sembilan tahun itu pergi menuju adiknya. Dan bertanya apakah dia sudah tidur? Ternyata belum tidur.
Adiknya mengeluh tidak bisa tidur karena dia belum makan semenjak pagi dan kerjanya hanya dimarahi serta dipukuli oleh perempuan itu. Akhirnya, Jamin memberikan bungkusan nasi yang dibawanya kepada Johan, adiknya yang berusia tujuh tahun.
Rupa mereka dua sangatlah mengenaskan, dengan baju compang-camping, mata sayu dan cekung, serta badan yang kurus. Mereka seperti orang yang tidak dirawat dengan baik. Dan mereka memang tidak dipelihara dengan baik. Selanjutnya mereka tidur berdua di dipan kayu yang hanya beralaskan tikar usang dan berselimut kecil serta kotor.
Sebenarnya, perempuan tadi adalah ibu tiri mereka, yang selalu menyuruh Jamin untuk mencari uang dengan mengemis. Uang yang didapatnya untuk apa? Perempuan itu menggunakan uangnya ntuk mabuk-mabukan dan membeli barang-barang haram semacam narkoba. Ibu tirinya itu sangat kejam, karena jikalau Jamin kurang membawa uang, maka ia tidak boleh pulang.
Berbeda dengan ibunya dulu yang sangat sayang kepada anaknya, serta selalu mengurus rumah menjadi indah. Setiap malam sebelum tidur, ibu kandungnya selalu meberikan cerita untuk mereka berdua. Dan selalu mengingatkan anak-anaknya untuk dekat dengan Tuhan.
Inem adalah nama ibu tiri mereka. Setiap hari pekerjaanya hanya untuk membeli narkoba dan menikmatinya dirumah.
Bapak mereka namanya Bertes. Adalah seorang yang suka dengan mabuk-mabukan. Setiap hari pekerjaanya hanyalah untuk mabuk-mabukan dan juga marah kepada anak-anaknya. Sebelumnya, Bertes adalah ayah yang sangat baik dan sayang kepada anak-anaknya tidak seperti sekarang. Dia sangat baik perangainya.
Dia adalah orang Ambon yang lahir di Saparua. Dari kecil dia mendengar bahwa orang yang menjadi serdadu akan puny pengkat dan gaji bagus. Akhirnya, dia ikut untuk peperangan dan memberi bantuan untuk Aceh yang kala itu sedang berperang melawan kompeni Belanda. Saat itu Teuku Umar Tewas. Dan Bertes sendiri, menderita luka parah dan dibawa ke Rumah Sakit. Ini adalah permulaan Bertes yang menginggalkan daerah asalnya.
Karena mengingat perjuanganya di medan perang, Bertes diangkat menjadi sersan. Namun apalah artinya jabatan, jika di sendiri mendapatkan luka yang teramat parah? Akhirnya dia ingat dengak kedua orang tuanya yang sebenarnya tidak setuju dengannya yang berjuang di medan perang. Namun dibantahnya kedua orangtuanya itu. Dia ingin pulang. Namun sebelum pulang, dia bermimpi aneh. Mimpi itu berkata bahwa Bertes sudah terlembat. Dia tidak tahu maksudnya. Namun, mimpi itu terbukti keesokan harinya saat dia akan berangkat menuju orangtuanya. Ternyata, orangtuanya telah meninggal.
Bertes sebelumnya berkeinginan untuk membahagiakan istrinya dan ibunya. Karena, dia sudah mendapatkan gaji yang bagus. Namun, ibunya sudah meninggal. Kini dia mencari sorang istri. Dan, kina, anak sersan tua sekampugnya itulah yang diambilnya menjadi istri. Dia adalah gadis yang mulia dan baik pekertinya.
Setelah lima tahun, mereka mendapatkan dua orang anak laki-laki yang bernama Jamin dan Johan. Jadilah mereka keluarga utuh yang gembira.
Namun, musibah juga tidak dapat dihindarkan, Bertes yang berkawan dengan orang-orang Kutaraja akhirnya terpengaruh untukm suka minum-minuman keras. Dia pun menjadi pemabuk dan itu yang membuatnya tidak sayang anak istri lagi. Sekian lama kemudian, Bertes kian jauh dari perangainya yang baik dan dia sering sakit-sakitan serta badannya kurus. Karena itulah dia dibawa ke Jakarta untuk pengobatan.
Tidak tambah baik perangai Bertes kian tambah buruk saja. Dan ini semua menyebabkan Mina jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Meninggalkan dua anak laki-lakinya serta suami pemabuk.
Namun, kesialan tidak berhenti begitu saja untuk keluarga ini, Sepeninggal Mina, dia justru mencari istri yang seorang pecandu bernama Inem. Akhirnya, sengsara pun menimpa dua kakak beradik itu.
Suaru hari inem menyuruh Jamin untuk mengemis lima puluh sen. Dan jika Jamin tidak mendapat uang lima puluh sen itu, dia tidak boleh pulang kerumah.
Akhirnya, jamin pun mendapatkan uang tiga puluh lima sen. Tetapi dia tetap takut untuk pulang karena uangnya belum lengkap. Karena takutnya, dia akhirnya tidur didepan toko walaupun diterjang hujan dan angin. Keesokan harinya, Kongsui, sang pemilik toko itu menemukan Jamin dalam keadaan sakit dan demam. Diapun membawa Jamin masuk kedalam rumahnya. Dia sangat iba melihat keadaan Jamin karena bajunya sangat lusuh.
Kongsui menyuruh istrinya untuk membantunya mengurus Jamin. Tak lama kemudian, Jamin sadar dari pingsannya. Nyonya Fi sangat saying kepada Jamin karena Jamin mirip dengan anaknya yang memang sudah meninggal. Sehingga Jamin diberi baju milik anaknya yang sudah meninggal itu. Tak hanya itu, Jamin juga diberi makan yang sangat banyak. Bahkan dia boleh membawakan makan untuk adiknya juga.
Setelah kenyang dan berganti baju Kongsui memberikan uang lima puluh sen untuk Jamin setelah mendengar cerita Jamin terlebih dahulu. Jamin pun pulang kerumahnya.
Dirumah, Inem, ibu tirinya sangat kaget melihat Jamin yang memakai baju bagus. Timbulah hasrat dalam dirinya untuk menjual baju yang bagus itu. Padahal uang lima puluh sen itu sudah diberikan Jamin untuk Inem. Namun Inem yang dasarnya sudah mata duitan selalu mencari celah lebih untuk mendapatkan uang. Sehingga baju yang dipakai oleh Jamin itu diminta dengan paksa oleh Inem. Akan tetapi pada saat Inem akan mencopot celananya, Jamin menolak dengan cara memasukkan tangan ke kantong. Pada saat itulah dia menemjukan cincin didalam kantongnya. Cincin itu milik anak Nyonya Fi yang sudah meninggal.
Setelah terbebas dari paksaan Inem, Jamin menemui adiknya untuk memberikan makanan dari nyonya Fi. Pada saat itu Jamin menunjukkan cincin itu pada Johan. Dan mengatakan akan mengembalikan cincin itu untuk Nyonya Fi.
Pada saat yang lain, Kongsui telah dipengaruhi oleh pelanggan obatnya untuk menghindari Jamin. Karena dia sudah pengalaman dengan pengemis yang pura-pura miskin padahal dia adalah pencuri. Kongsui tidak percaya. Tetapi setelah lama kemudian dia jadi percaya kepada pelanggannya itu.
Kembali lagi ke Jamin, cincin yang dipegang Jamin tiba-tiba direbut oleh Inem dari belakang dan dia berkata akan menjualnya. Jamin mengelak. Tetapi dia tetap kalah dari Inem.
Keesokan harinya, Jamin memakai baju lusuhnya kembali dan kembali meminta-minta. Kongsui melihatnya. Karena itulah dia tambah yakin bahwa Jamin bukanlah anak yang baik-baik.
Johan berlari menuju Jamin dan berkata bahwa dia sudah mendapatkan cincin ketika cincin itu ditinggalkan di kotak di atas lemari oleh Inem akhirnya Jamin pun mengambilnya dan sekarang diberikan kepada jamin. Jamin sangat senang sehingga dia berlari mengajak Johan untuk menemui Nyonya Fi untuk mengembalikan cincin itu.
Naas. Saat itu Jamin hendak menyelamatkan Johan yang hendak ditabrak oleh kendaraan. Hingga akhirnya, Jamin terluka parah dan meninggal dunia. Johan yang ketakutan justru berlari menuju rumah Nyonya Fi yang sudah ditunjukkan oleh Jamin untuk mengembalikan cincin.
Johan bercerita bahwa kakaknya telah meninggal ketika hendak mengembalikan cincin itu. Saat itu Kongsui menguping pembicaraan itu. Dan merasa bersalah kepada Jamin. Dan mereka pun akhirnya mengangkat Jamin menjadi anak.
Kisah akhirnya, Inem ditemukan meninggal mengapung disungai akibat lemas. Dan si Bertes diketahui terlibat dalam sebuah pembunuhan karena sehabis tawuran. Akan tetapi setelah tiga bulan, dia sudah bebas karena tidak bersalah. Sejak saat itu dia semakin sedih dan tobat dan meminta maaf kepada Jamin dan Mina, istrinya. Jamin dan Mina kuburannya berdampingan.
Dan Johan telah disekolahkan tinggi-tinggi oleh Kongsui.

Bagaimana? :D kalau saya cukup puas dengan akhir dari novel ini. Adakalanya sebuah cerita tidak berakhir dengan bahagia sepenuhnya kan?

0 komentar:

Posting Komentar

Minta komentarnya dong, Kak! :)